081-2173-3281 redaksi@haidiva.com

Review Buku Novel Trilogi RAPIJALI, Enak Tapi Tak Konsisten

Review Buku Novel Trilogi RAPIJALI, Enak Tapi Tak Konsisten

Haidiva.com-Penulis Dewi Lestari, Dee, mengeluarkan novel berjudul RAPIJALI dalam format cetak dan digital. Karya fiksi yang dipecah menjadi tiga buku ini terbit Februari untuk buku pertama “RAPIJALI 1: Mencari”, “RAPIJALI 2: Menjadi” hingga Desember 2021 untuk “RAPIJALI 3: Kembali”.

RAPIJALI merupakan ide cerita tertua Dee yang telah tertidur selama 27 tahun. Novel ini menggabungkan beberapa genre yaitu drama keluarga, komedi romantis, politik, dan musik.

Berkisah tentang Lovinka Alexander, dipanggil Ping, hidup damai di Pantai Batu Karas bersama kakeknya, Yudha Alexander, yang merupakan musisi. Hidupnya berubah ketika kakeknya meninggal. Ia terpaksa pindah dari Cijulang dan tinggal di Jakarta bersama kelurga calon gubernur Guntur Putra Sasmita.

Ping merasa terasing dan tercerabut dari akar. Hingga ia menemukan sahabat baru bernama Rakai, Jemi, Andre, Lodeh, dan Inggil. Mereka membentuk band bernama RAPIJALI yang merupakan akronim dari nama-nama enam orang tersebut.

Baca juga: Review buku I Hate Diet, Yulia Baltschun

Membeli trilogi RAPIJALI versi cetak membutuhkan anggaran hampir Rp 400 ribuan. Agar tak menyesal membeli, cermati review berikut ini.

Gaya tulisan enak dibaca

Dee Lestari, penulis RAPIJALI

Gaya menulis Dee untuk novel romantisnya memang enak dibaca. Pembaca diajak menyelami cerita dari sudut pikiran masing-masing tokoh. Tak banyak kata sulit yang dipakai Dee bila dibandingkan serial novel Supernova.

Istilah musik dan selancar-bakat dan dunia Oding, sahabat Ping di Cijulang- mudah dipahami. Banyak tokoh yang ada dalam buku ini tapi tak tumpang tindih. Percakapan antar-tokoh mengalir lentur tak kaku.

Akhir anyep buku pertama

Promosi RAPIJALI

Meski enak dibaca, sayangnya buku pertama yang berjudul RAPIJALI 1: Mencari berakhir dengan anyep, kurang bumbu. Akhir seolah dipotong begitu saja agar buku pertama tak kepanjangan. Ini berbeda dengan buku kedua dan ketiga yang penutupnya lebih enak.

Baca juga: Novel komedi romantis untuk temani isolasi mandiri

Padahal, akhir di buku pertama harusnya menjadi pancingan untuk mengikuti buku kedua dan seterusnya. Rasanya, hanya karena rekam jejak Dee saja yang membantu pembaca untuk membeli buku berikutnya.

Usia pembaca tak jelas

Rapijali 3

Di buku pertama dan kedua, berkisah tentang kehidupan dan masalah personil RAPIJALI yang masih berusia remaja. Cinta-cintaanya pun ala remaja. Masalah mereka pun masalah remaja meski ada konflik politiknya. Maklum, ide RAPIJALI dibuat Dee saat ia berusia 17 tahun.

Namun saat menuju buku ketiga, cerita cintanya mulai mengikuti usia para tokoh yang mulai menuju usia pertengahan 20-an. Kisah cinta mereka lebih dewasa . Tapi masalahnya, ada beberapa adegan yang mestinya hanya boleh dibaca oleh orang dewasa.

Misalnya, tak mungkin Ping dan pacarnya hanya sekadar pelukan saja saat bermalam bersama di apartemennya. Ada penggambaran implisit yang menunjukan lebih dari itu. Mungkin, penerbit sebaiknya memasukan penunjuk kategori usia dalam buku ini.

Baca juga: Film komedi romantis untuk usia dewasa 30-an

Penokohan manusiawi dengan kisah dramatis

Rapijali 1

Tak ada tokoh yang begitu sempurna di trilogi RAPIJALI. Semuanya punya kekurangan. Seperti Ping yang labil, Rakai yang tak bisa jujur pada dirinya sendiri, termasuk Inggil yang terlalu kaku. Ini manusiawi.

Tapi, hal ini justru membuat kita merasa sesak, tak benar-benar simpati dengan tokoh utamanya. Terutama untuk buku ketiganya. Bagaimana kita bisa memaklumi tokoh utama yang selingkuh atau saat ia tiba-tiba datang meminta perhatian lelaki yang pernah ditolaknya padahal sudah punya pasangan baru?

Atau tokoh satunya, ia mudah dekat dengan perempuan lain, bahkan hingga friend with benefit (tahu kan maksudya?), sementara hatinya masih tertaut dengan yang lain. Persoalan pasangan-pasangan di RAPIJALI, alih-alih romantis, justru dramatis miris.

Lagu enak setelah berulang

Para penyanyi yang mengiringi buku RAPIJALI

Dari buku kedua RAPIJALI, Dee membuat lagu pengiring bacaan yang dinyanyikan oleh artis bertelanta. Misalnya Iwan Fals yang berposisi sebagai Yudha Alexander menyanyikan lagu Kinari. Maudy Ayunda menjadi Ping saat menyanyi ‘Awal Mula‘. Dan masih banyak artis lain.

Lagu-lagu ini memiliki lirik dan nada yang tak langsung nyantol saat didengar pertama kali. Butuh diputar berulangkali hingga menemukan indahnya lagu-lagu tersebut. Berbeda dengan karya Dee sebelumnya, buku kumpulan cerpen RECTOVERSO, mempunyai lagu yang mudah digemari bahkan ketika kita hanya mendengarkannya sekali.

Spread the love