Haidiva.com– Perempuan mempunyai tantangan yang berbeda dibandingkan laki-laki saat di tempat kerja. Menteri Keuangan RI Sri Mulyani mengatakan penyebabnya karena ada stigma dan beban ganda yang melekat pada perempuan. Ia mengalami tantangan tersebut sejak menjadi menteri di tahun 2005.
“Jadi mereka menganggap ‘ini bos saya perempuan, masih muda’. Ada stereotype yang muncul,” kata Sri Mulyani di webinar Women Leaders Forum 2021 tang digelar oleh Katadata.
Menurut Sri Mulyani, inilah 5 tantangan perempuan di tempat kerja yang tak dialami oleh laki-laki.
Dilema beban ganda
Perempuan kodratnya mengalami proses hamil, melahirkan, dan menyusui. Hal inilah yang menyebabkan beban membesarkan dan mendidik anak pada ibu, bukan ayah. Bahkan, perempuan juga dibebankan urusan domestik rumah tangga.
“Perempuan bisa hamil, bisa memiliki anak, menyusui. Mereka terkadang dilema mau sekolah atau menikah, menikah atau karir, mau di rumah atau bekerja. Pertanyaan ini tidak dihadapkan ke laki-laki,” ujar Sri Mulyani.
Baca juga: PNS perempuan lebih banyak, mengapa pejabat mayoritas laki-laki?
Menghadapi peran lebih berat
Karena urusan rumah tangga dan keluarga dibebankan pada perempuan, sementara pada laki-laki tidak, menyebabkan peran perempuan lebih berat. Seringkali, perempuan harus menyelesaikan urusan domestik setelah pulang kerja. Sedangkan laki-laki bisa istirahat setelah pulang kerja.
“Perempuan menghadapi tantangan untuk menyeimbangkan antara kehidupan keluarga dan karirnya. Waktu yang dibutuhkan perempuan untuk melakukan pekerjaan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Waktu tidurnya menjadi lebih sedikit,” tutur Sri Mulyani.
Stereotip atau stigma buruk
Ketika pemimpin laki-laki mematuhi peraturan dan mendorong anak buahnya untu tertib, mereka akan disebut tegas. Sedangkan kalau perempuan melakukan hal yang sama, menurut Sri Mulyani, akan disebut cerewet atau galak.
“Banyak stereotip kalau perempuan itu lebih emosional. ‘Dia kayaknya detail, jadi bawel’. Semua ang baik menjadi negatif kalau dipimpin perempuan,” ujar Sri Mulyani.
Baca juga: Tips ibu bekerja, karir dan rumah lancar
Harus membuktikan lebih keras
Karena mendapatkan stigma buruk, perempuan harus berusaha keras membuktikan bahwa ia mampu. Tempat kerja sering kali melihat laki-laki cukup dari potensi yang akan datang. Sedangkan perempuan sering dilihat rekam jejak atau portofolio yang berhasil ia buat.
“Biasanya perempuan dianggap tidak pantas untuk suatu posisi dan harus membuktikan posisinya. Dia harus bekerja keras, kadang-kadang dua kali lebih baik untuk menjustifikasi posisi yang dipegangnya,” kata Sri Mulyani.
Peluang jenjang karir terbatas
Laki-laki lebih cepat naik pangkat dibandingkan perempuan di tempat kerja. Mereka lebih gampang meningkatkan kapasitas karena tidak dibebani masalah keluarga. Saat ada kesempatan untuk sekolah kembali atau dinas ke luar kota agar cepat naik pangkat, laki-laki langsung bisa melakukannya. Sedangkan perempuan harus mempertimbangkan keluarganya terlebih dahulu.
“Jika perempuan dihadapkan pada pilihan antara sekolah atau keluarga, apalagi jika harus sekolah ke luar negeri, itu menjadi tekanan lahi. Begitu melihat kriteria naik jabatan, laki-laki punya kapasitas lebih,” ucap Sri Mulyani.
Dian Sastro: Pendidikan Bantu Perempuan Berkarya di Era Digital
Mei 9, 2024 at 10:56 am[…] Baca juga: 5 tantangan perempuan i tempat kerja menurut Sri Mulyani […]