081-2173-3281 redaksi@haidiva.com

Taliban Batasi Perempuan, Salon Kecantikan Ditutup

Taliban Batasi Perempuan, Salon Kecantikan Ditutup

Haidiva.com-Ribuan salon kecantikan di Afghanistan akan ditutup Taliban akhir bulan Juli ini. Kementerian Moral Taliban mengatakan pihaknya menghargai perempuan berdasarkan hukum Islam dan budaya negaranya.

Bagi sebagian besar perempuan Afghanistan, salon kecantikan adalah kesempatan memperoleh penghidupan yang layak. Salon kecantikan tak hanya menjadi sumber penghasilan tetapi juga tempat aman bagi perempuan untuk bertemu dan saling bercerita.

Namun, menurut Pemerintah Taliban, perempuan dilarang untuk aktif dan berkiprah di ruang publik. Terhitung setelah 22 bulan di bawah pemerintahan konservatif ini, perempuan mendapatkan banyak diskriminasi.

“Kebijakan Pemerintah Taliban seperti kuburan dan penjara bagi perempuan Afghanistan. Ini bisa disebut sebagai apartheid gender,” kata the United Nations (UN) Deputy High Commissioner for Human Rights Nada Al-Nashif dikutip dari Dw.com.

Baca juga: Dikuasai Taliban, Perempuan dan Army BTS dibatasi

Selain salon kecantikan, ini pembatasan bagi perempuan Afghanistan setelah Pemerintah Taliban Berkuasa.

Perempuan tak boleh sekolah di perguruan tinggi

(https://womenforafghanwomen.org/)

Setelah Taliban menguasai Afghanistan sejak Agustus 2021 lalu, perempuan dilarang untuk sekolah tinggi. Awalnya, kelas laki-laki dan perempuan dipisah berdasarkan jenis kelami. Kemudian, murid laki-laki hanya boleh diajar oleh sesama perempuan atau guru laki-laki tua.

Di tahun 2022, Kementerian Pendidikan Afghanistan resmi melarang perempuan untuk berkuliah di perguruan tinggi. Ini berdampak pada sekitar 90 ribu mahasiswi Afghanistan. Mahasiswi yang belum lulus itu akhirnya belajar secara online. Sayangnya, jaringan internet di Afghanistan sangatlah buruk.

Perempuan dilarang bekerja keluar rumah

Sekarang, perempuan Afghanistan juga dilarang bekerja keluar rumah. Jumlah pekerjan untuk perempuan turun hingga 25 persen dibandingkan pertengahan 2021 sebelum dikuasai Taliban.

Perempuan dilarang bekerja di lembaga kemanusiaan atau institusi asing seperti PBB, Save the Children, LSM pengungsi dan lain sebagainya. Ketika berjualan di rumah pun, perempuan hanya boleh melayani sesama perempuan yang keluar dengan didampingi laki-laki.

Baca juga: Bukti perempuan Arab mulai meraih kesetaraan

Minimnya fasilitas kesehatan untuk perempuan

Afghanistan adalah negara paling berbahaya bagi perempuan dan anak. Setiap tahun, 70 dari 1000 perempuan meninggal saat melahirkan. Banyak ibu hamil dan menyusui yang tidak cukup gizi sehingga membahayakan diri sendiri dan bayinya.

Organisasi kesehatan Doctors Without Borders mengatakan hal ini dampak dari berkurangnya tenaga kesehatan perempuan dan perempuan terdidik di negara tersebut. Larangan untuk perempuan berperegian tanpa didampingi laki-laki juga menyebabkan perempuan sulit mengakses fasilitas kesehatan.

Di pedesaan, jarak rumah sakit terdekat lebih dari 75 km. Mereka tak boleh pergi sendirian tanpa didampingi suami, ayah, atau saudara laki-laki. Bila pun sudah sampai rumah sakit, mereka belum tentu bisa dilayani kalau tidak ada dokter perempuan.

Larangan cara berpakaian dan olah raga

FILE PHOTO: A woman wearing a niqab enters a beauty salon where the ads of women have been defaced by a shopkeeper in Kabul, Afghanistan October 6, 2021. REUTERS/Jorge Silva/File Photo

Di Afghanistan, perempuan harus memakai burqa saat keluar rumah. Pakaian ini menutup seluruh tubuh termasuk wajah dan mata.

Perempuan juga tak boleh lagi berolahraga keluar rumah. Sejumlah atlet nasional perempuan terpaksa mengubur mimpinya karena dilarang pergi ke club olah raga, tempat fitnes, dan lain sebagainya untuk berlatih.

Spread the love