Rekomendasi Drama Korea Tentang Kesehatan Mental

Haidiva.com-Drama Korea It’s Okay to Not Be Okay baru saja tayang perdana akhir pekan lalu. Drama yang menjadi comeback perdana Kim Soo Hyun ini mengangkat tema kesehatan mental yang dibalut cerita romantis. Berkisah tentang Moon Kang Tae (Kim Soo Hyun), seorang petugas kesehatan di bangsal psikiatris yang betemu dengan Go Moon Young (Seo Ye Ji), seorang penulis buku anak-anak sukses namun menderita ganguan kepribadian antisosial. Tak hanya kisah cinta romantis, drama ini juga mengangkat kisah tentang penderita autis.

Selain It’s Okay to Not Be Okay, ada beberapa drama korea lain yang mengangkat tema kesehatan mental, berikut rekomendasinya:

It’s Okay That’s Love

Dibintangi Jo In Sung dan Gong Hyo Jin, drama ini menceritakan tentang Jang Jae Yeol (Jung In Sung) yang bekerja sebagai penulis novel misteri dan seorang DJ radio. Tanpa ia sadari dirinya mengidap skizofrenia. Sementara Ji Hae Soo (Gong Hyo Jin) adalah seorang psikiater yang mengidap sex phobia. Tak hanya itu di drama ini, juga memunculkan karakter-karakter lain yang mengidap penyakit kejiwaan.

Hyde,Jekyll, Me

Dibintangi oleh HyunBin dan Han Ji Min, drama ini bercerita tentang seorang pewaris taman bermain yang mengidap Dissociative Identity Disorder. Penyakit ini menampilan diri karakter yang diperankan Hyun Bin berpribadian ganda. Ada Seo Jin yang dingin, kaku, dan tertutup, serta Robin yang memiliki ketertarikan pada seni dan orangnya ramah.

Kill Me Heal Me

Jika Hyde, Jekyll, Me hadir dengan cerita keprbadian ganda, drama Kill Me, Heal Me menampilkan beragam kepribadian dalam satu orang. Mengisahkan hidup seorang pengusaha kaya bernama Cha Do Hyun (Ji Sung) yang punya banyak kepribadian. Mulai dari gadis remaja pecinta K-Pop, anak berandalan, dan masih banyak lagi. 

Good Doctor

Good Doctor menceritakan Park Shi-on, orang dengan. Meski demikian, ia memiliki kecerdasan luar biasa layaknya dokter bedah. Diperankan apik oleh Joo Won, drama ini juga diadaptasi ke serial barat. Meskipun autis bukan gangguan mental maupun psikologis, tapi mengajarkan kita bahwa stigma autis sebagai orang yang tidak bisa mandiri atau bekerja adalah pandangan yang salah.***