081-2173-3281 redaksi@haidiva.com

Sulit Masuk Minerva School Dibanding Harvard University

Sulit Masuk Minerva School Dibanding Harvard University

Haidiva.com-Anggun Berlian menjadi anak muda Indonesia pertama yang lulus Minerva School pada tahun ini. Perguruan tinggi kelas dunia ini memang tak seterkenal Harvard University, Oxford University, maupun Stanford University. Tapi, kampus ini tak kalah bergengsi dibandingkan nama-nama ternama tersebut.

Anggun Berlian sendiri menuntaskan pendidikannya di Minerva selama empat tahun sejak diterima pada 2017. Dia bisa membiayai kuliahnya berkat donasi dari para orang baik yang peduli dengan pendidikan Anggun. Sebelumnya, ia adalah mahasiswa semester 2 Hubungan Internasional di Universitas Indonesia.

Dikutip dari laman resmi Minerva School, berikut fakta menarik tentang perguruan tinggi tersebut.

Baca juga: Anak orang kaya lebih sukses dibanding orang biasa yang pintar, benarkah?

Proyek nirlaba

Berita tentang Anggun Berlian,

Minerva School adalah program universitas yang berkantor pusat di San Francisco, California . Perguruan tinggi ini adalah proyek kemitraan antara Minerva dan Keck Graduate Institute (KGI), anggota dari Claremont University Consortium. Universitas ini menawarkan program sarjana empat tahun serta program magister sains. Minerva membuka kelas pertamanya pada tahun 2014. Sebanyak 69 siswa diterima dari 2.464 pendaftar.

Saat ini minerva menawarkan 30 bidang studi di lima fakultas. Jurusan ini terbagi menjadi Minerva School of Arts and Sciences dan Minerva School of Business. Masing-masing jurusan hanya 20 mahasiswa saja.

Sekolah berjalan

Mahasiswa di Minerva Schools (Minerva Community)

Minerva School menerapkan sekolah berjalan alias tidak punya gedung kampus. Para mahasiswanya berkuliah secara berpindah-pindah di tujuh kota besar dunia. Misalnya seperti Seoul (Korea Selatan), San Fransisco (Amerika Serikat), Bangalore (India) , Berlin (Jerman), Bueonos Aires (Argentina), London (Inggris), dan Istanbul (Turki). Setiap mahasiswa memang mendapatkan beasiswa tetapi biaya hidup secara pindah tentu membutuhkan anggaran yang tak sedikit.

Baca juga: Sisi positif wisuda daring

Tak mementingkan hafalan

Ben Nelson, pendiri Minerva Schools, saat mengajar di kelas (minerva)

Minerva School menerapkan metode belajar yang lebih mementingkan aspek kognitif. Para mahasiswa diberi beragam tugas dan materi yang memancing diskusi dan penerapan, alih-alih hafalan. Semua kelas dimulai dengan kuis singkat dan diakhiri dengan kuis kedua di kemudian hari. Cara ini digunakan untuk melacak kemajuan berpikir mahasiswanya.

Setiap mahasiswa juga mendapatkan empat kursus dasar tentang Analisis Empiris, Analisis Formal, Sistem Kompleks, dan Komunikasi Multimodal. Dalam Analisis Empiris, mahasiswa belajar tentang mengevaluasi dan menganalisis metode ilmiah dan menggunakan pengetahuan itu untuk membangun solusi atas masalah.

Dalam Analisis Formal, mahasiswa belajar mengevaluasi dan menampilkan data, serta melakukan keterampilan berpikir desain menggunakan teori permainan dan metode klasifikasi. Di kelas humaniora, mahasiswa mempelajari teknik klasik retorika dan mengembangkan keterampilan persuasif dasar.

Baca juga: Unschooling, alternatif pendidikan tanpa sekolah

Akhirnya, di kelas ilmu sosial, mahasiswa belajar tentang karakteristik sistem yang kompleks (yang mewakili interaksi kemanusiaan kita),dan kepemimpinan, kesadaran diri, dan negosiasi. Minerva mendorong siswa untuk menggunakan kursus online terbuka besar-besaran untuk mempelajari apa yang biasanya diajarkan di kursus tahun pertama.

Sulit masuk

Orientasi di Minerva Schools (Minerva)

Masuk menjadi mahasiswa di Minerva School tidaklah mudah. Dikutip dari Businessinsider, hanya ada 1,9 persen mahasiswa dari ratusan ribu anak muda yang mendaftar. Peluang diterima ini jauh lebih rendah dibandingkan kampus yang telah lama berdiri seperti Harvard University, Stanford University.

Kira-kira, siapa anak Indonesia yang diterima Minerva Schools setelah Anggun Berlian? Mungkin kamu berminat.

Spread the love