081-2173-3281 redaksi@haidiva.com

Menjadi Calon Ibu, Berjuta Rasanya

Menjadi Calon Ibu, Berjuta Rasanya

Haidiva.com-Tak terasa usia semakin bertambah. Awalnya, Gadis tak pernah sedikitpun berfikir akan menjadi seorang ibu. Semasa di sekolah, mulai dari SD sampai menyelesaikan tingkat SMA, Gadis tidak peduli dengan guru yang memberikan pelajaran bahwa seorang perempuan akan menajadi ibu.

Kini beranjak rentang remaja sampai dewasa, baru ia mengetahui bahwa kodrat perempuan akhirnya akan menjadi ibu, sudah menjadi takdir Tuhan. Pembelajaran Agama yang ia dapatkan di sekolah, sekadar berlangsung selama dua jam, sedangkan persoalan takdir masih sedikit dibahas oleh guru.

Pikiran  kotor pernah terlintas dalam ingatan.

“Kenapa sih mesti jadi seorang Ibu, dan istri?”,

Seolah Gadis tidak rela jika banyak pengorbanan, apalagi perlu melayani suami, membuat masakan untuk keluarga, serta hal lainnya yang membuat perasaan Ia seorang perempuan itu tidak diberi keadilan, sepertihalnya seorang laki-laki.

Syukurnya di kampus tempat gadis menempuh pendidikan saat ini, sangat jelas pengetahuan yang diberikan oleh para dosen, sehingga ia merasa bersalah sekali. setelah seringkali memiliki pemikiran kotor semacam itu.

Hukum alam yang biasa disebut dengan sunatullah atau aturan Allah Subhanahuu Waa Taalla, seperti pergantian siang dan malam, lalu ada laki-laki dan perempuan, serta meyakini ada neraka dan surga. Tuhan yang mengatur segala isi bumi dan langit, sedangkan sebagai manusia diwajibkan untuk menjaga, berperan aktif penuh tanggung jawab.

Soal jodoh, rezeki dan kematian sudah jelas menjadi rahasia Illahi. Tetapi yang masih membuat Gadis galau ialah, bagaimana supaya tidak takut untuk mejadi bakal seorang calon ibu. Ibu ialah sosok yang hari-harinya dipenuhi rasa kasih sayang, kesabaran, serta perhatian kepada seluruh anggota keluarga.

Gadis memang menyukai anak-anak, setiap kali bertemu di jalan dengan anak kecil, langsung saja ia menyapa

 “Hallo, Adik,” sambil sedikit membukukkan badan.

Tetapi ketika tukang bensin di POM, memanggil Gadis menggunakan panggilan akhiran Bu, “Ini kembaliannya, Bu”. Ia tidak suka.

Cukup berat bagi Gadis setelah mengetahui bukti di lapangan, bahwa ia akan jadi ibu. Hikmah berharga baginya ketika melihat ibunya. Berangkat pagi-pagi sekali ke pasar, sudah menyiapkan sarapan, pekerjaannya berdagang, membuat ibu harus datang lebih pagi, supaya tidak ada pelanggan yang kecewa.

Hari-hari yang dilakukan ibunya sangat luar biasa baginya, sehingga Gadis dapat memetik pelajaran dari ibunya sendiri, bahwa takdir Tuhan tidak ada yang salah. Menjadi Ibu baginya kini dianggap suatu hal kenikmatan dari Tuhan yang perlu disyukuri.

Gadis kini berfikir dan mengatakan dalam hati bahwa “siapapun yang akan mendapatkannya, pasti akan beruntung”. Karena dengan mencontoh perilaku ibunya, ia tidak akan meminta banyak kemauan atau keinginan pada suami. Kesederhanaan serta kesabaran dari ibunya sendiri ternyata yang menjadi pelajaran berharga baginya.

Bersiap diri menjadi seorang ibu baginya kini penting. Sebab bagaimana bisa mendidik seorang anak, dengan penuh rasa kasih sayang, jika tidak memiliki kecerdasan yang cukup. Gadis kini menyadari perjalanan dalam kehidupannya perlu banyak disyukuri.

Penulis: Yesi Wening Sari

Peserta kompetisi “Lomba Menulis Artikel dengan Tema Strong Women” yang diadakan Haidiva.com dalam memperingati Hari Ibu.

Spread the love