081-2173-3281 redaksi@haidiva.com

Krisis Kematian Bayi di Amerika Serikat

Krisis Kematian Bayi di Amerika Serikat

Haidiva.com- Di Amerika Serikat, jumlah bayi berkulit hitam yang meninggal dua kali lipat lebih banyak daripada bayi kulit putih sebelum berusia setahun. Di Cleveland, angka kematian hampir tiga kali lebih tinggi. Mengapa?

Akhir tahun 2019 lalu, Guardian menuliskan penyebab fenomena ini terjadi dan upaya menguranginya.

Laporan dari lembaga Centers for Disease Control and Prevention (Pengendalian dan Pencegahan Penyakit) menunjukkan bahwa lebih dari 22.000 bayi meninggal sebelum ulang tahun pertama mereka sepanjang tahun 2017. Namun ketika dilihat prevelensi berdasarkan perbedaan ras, 10,97:1000 kelahiran  bayi perempuan kulit hitam meninggal. Angka ini  dua kali lipat lebih tinggi dibanding bayi keturunan  kulit putih, Asia atau Hispanik.

Dan di Ohio, situasinya bahkan lebih buruk. Tingkat kematian untuk bayi kulit hitam 15,1 per 1.000, sekitar tiga kali lebih tinggi daripada tingkat untuk bayi kulit putih. Perempuan kulit hitam juga tiga hingga empat kali lebih mungkin meninggal saat melahirkan di Amerika daripada perempuan kulit putih, lagi-lagi terlepas dari status sosial ekonomi mereka.

Birthing Beautiful Communities, organisasi nirlaba yang fokus pada ibu hamil dan melahirkan, menemukan penyebab kematian bayi kulit hitam lebih tinggi. Bayi dan ibu melahirkan dengan ras kulit hitam kebanyakan tinggal di daerah pinggiran dan area miskin. Mereka rentan terhadap masalah keracunan timbal dan kekerasan dalam rumah tangga.

ebony.com

Spesialis kesehatan bayi dan ibu, Dr. Arthur James, dari Kirwan Institute for Study of Race and Ethnicity di Ohio State University, mengatakan masalah kematian ini merupakan akibat akumulasi perbudakan ras di masa lalu.

Baca juga: Bayi perempuan lahir setelah embrio dibukukan 27 tahun

“Keuntungan dan kerugian menumpuk dari waktu ke waktu, sudah waktunya untuk mengubah narasi dan menggeser kebijakan publik ke arah yang bertujuan pada kesetaraan. Menyatakan rasisme sebagai krisis kesehatan masyarakat dapat mengubah dinamika ini,” kata James.

Doula Marlene Morris yang telah mendampingi 27 ibu melahirkan, mengatakan ia menyaksikan banyak contoh rasisme kasual di rumah sakit.

“Ada beberapa bidan, perawat, dan dokter yang hebat, tetapi terlalu banyak yang berasumsi bahwa perempuan kulit hitam dapat mentolerir lebih banyak rasa sakit sehingga tidak mendapatkan obat yang dapat meringankan merea,” kata Morris.

Pernyataan ini sejalan dengan penelitian University of Virginia pada tahun 2016. Sebagian besar mahasiswa kedokteran kulit putih percaya bahwa orang kulit hitam memiliki ujung saraf yang kurang sensitif, dan bahwa kulit hitam lebih tebal daripada kulit putih. Hal ini tentu saja keliru.

Angela Neal, seorang profesor, psikolog klinis dan direktur Program untuk Penelitian tentang Gangguan Kecemasan di kalangan orang Afro-Amerika di Kent State University. Temuan menunjukkan hubungan antara tingkat rasisme yang dialami seorang ibu hamil-menyusui dan tingkat kortisol yang rendah – yang terkait dengan kecemasan dan PTSD.

“Penyebab stres toksik adalah rasisme Amerika, dan itu adalah penentu sosial utama dari perbedaan kematian bayi,” tambah Neal.

Neal memberi solusi berupa perawatan emosional bagi ibu  untuk mencegah kematian bayi. Perawatan ini menjadi bagian dari penanganan antenatal. (ndr)

Spread the love