081-2173-3281 redaksi@haidiva.com

Kontestasi Politik, Bagaimana dengan Eksistensi Perempuan?

Kontestasi Politik, Bagaimana dengan Eksistensi Perempuan?

Haidiva.com-Sebagai pembuka untuk tulisan ini, penulis ingin mengutip apa yang dikatakan oleh Oprah Winfrey, “Berpikirlah layaknya seorang ratu. Seorang ratu tidak pernah takut gagal. Kegagalan baginya adalah sebuah batu loncatan menuju sesuatu yang lebih besar.”

Sebuah kutipan yang sangat bermakna, mampu menyampaikan pesan yang begitu dalam kepada para perempuan yang sedang berjuang. Tidak heran, kenapa Oprah Winfrey patut menjadi role model bagi kaum perempuan, siapa yang tidak mengenal dirinya?

Seorang perempuan yang lahir di Mississipi itu bukanlah sekadar pembawa acara The Oprah Winfrey Show atau aktris yang membintangi banyak film, tetapi juga seorang enterpreneur. Tapi Oprah Winfrey bukanlah sosok perempuan satu-satunya yang patut untuk dijadikan sebagai role model, ada banyak sosok-sosok strong woman diberbagai bidang, baik itu dalam ekonomi, kesehatan, pertanian, politik dan banyak lainnya.

Tetapi secara khusus dalam artikel ini kita akan membahas mengenai sosok-sosok strong woman yang bergelut dalam dunia politik, bergelut dalam kontestasi politik yang terkenal oleh publik sebagai tempat yang ‘kotor’ dan juga ‘mengerikan’. Bahwa kemudian itu adalah hal yang luar biasa, eksistensi perempuan dalam ruang politik juga ada. Para perempuan yang hadir untuk mengubah persepsi publik tentang politik, terlebih menjadi contoh nyata bagi perempuan-perempuan yang masih ragu untuk terjun dalam dunia politik.

Baca juga: Perempuan muda pimpin negara

Tidak heran mengapa minat perempuan untuk terjun ke dunia politik begitu kurang. Gambaran yang ada tentang politik di mata publik adalah sesuatu yang mengerikan, bahwa siapapun yang akan terjun dalam politik sesegera mungkin akan berubah menjadi sosok yang ikutan kotor. Terlebih lagi di Indonesia, praktik politik yang pragmatis membuat masyarakat merasa bahwa dunia politik memang bercitra buruk. Oknum-oknum yang menyalahgunakan jabatan politik menjad bukti nyata betapa buruknya sistem yang ada.

Maka dari itu artikel ini datang untuk menjadi setitik berkas cahaya sebagai pencerahan bahwa strong women juga ada di dunia politik. Perempuan-perempuan yang memperjuangkan kebijakan untuk masyarakat banyak, menjadi sosok penting dalam pengambil keputusan. Bahwa dunia ini tidak hanya ada Oprah Winfrey, atau bahkan Malala Youzavi yang dikenal sebagai ‘gadis yang tertembak di taliban’, bahwa di Indonesia bukan hanya ada R.A. Kartini atau pahlawan perempuan lainnya yang dulu berjuang, bahwa ada yang meneruskan perjuangan mereka terutama dalam bidang politik.

Adapun perempuan-perempuan kuat yang berkecimpung dalam dunia politik, mengarungi kerasnya kontestasi kekuasaan, seperti Theresa May yang pernah menjadi Pemimpin Partai Konservatif menggantikan David Cameron, Ia pernah menjadi perempuan kedua dalam sejarah yang menjadi Perdana Menteri Inggris periode 2016-2019.  Walau sangat disayangkan bahwa Theresa May harus mengundurkan diri dari jabatannya itu.

Ada juga Hillary Clinton pernah menjadi ibu negara Amerika Serikat atas terpilihnya Bill Clinton sebagai presiden pada 1993-2001. Ia pernah menjadi Menteri Luar Negeri Amerika Serikat pada masa kekuasaan Barack Obama pada 2009-2013. Hillary Clinton juga pada 2016 menjadi lawan politik Donald Trump untuk merebutkan kursi Presiden.

Terlepas dari dua perempuan tersebut, ada Jacinda Ardern yang sekarang menjadi sebagai Perdana Menteri Selandia Baru. Jacinda Ardern bahkan merupakan pemimpin Partai Buruh pasca pengunduran diri Andrew Little. Adapun Benazir Bhutto merupakan perempuan pertama yang memimpin negara islam, terpilih pada 1988. Walaupun pada akhirnya digulingkan oleh Presiden dari negara itu sendiri menggunakan dukungan dari militer, dan terbunuh pada 27 Desember 2007. Terlepas masa jabatannya begitu kontroversi, setidaknya Benazir Bhutto berhasil mencatatkan namanya dalam sejarah.

Tidak hanya perempuan-perempuan di atas yang eksis dalam dunia politik. Perempuan-perempuan Indonesia juga tak mau kalah untuk menunjukkan eksistensinya dalam dunia politik. Indonesia juga memiliki Megawati Soekarno Putri yang menjadi presiden pertama yang memimpin Indonesia pada 2001, dan lengser pada 2004, adalah juga merupakan ketua umum PDI-P.

Tidak hanya Megawati, ada Khofifah Indar Parawansa yang sekarang menjabat sebagai Gubernur Jawa Timur, pernah juga menjadi Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Menteri Sosial. Berikutnya Sri Mulyani yang menjadi Menteri Keuangan Indonesia, kemudian Susi Pudjiastuti yang pernah menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan, menteri perempuan yang terkenal nyentrik dan tegas.

Hillary Clinton pernah berkata “Jangan pernah ragu untuk mempercayai bahwa kamu sangat bernilai dan mampu untuk mendapatkan setiap kesempatan demi mewujudkan mimpi-mimpimu” seperti yang dikatakannya, setiap perempuan, atau setiap manusia adalah bernilai dan mereka mampu untuk mewujudkan apa yang mereka mimpikan.

Tidak hanya di dunia politik, karier apapun yang seorang perempuan inginkan, mereka mampu untuk mendapatkannya, karena perempuan juga kuat, perempuan bukan hanya seorang yang hanya bisa meminta privilage dan mengabaikan peningkatan kualitas diri. Karena perempuan bernilai adalah yang berkualitas.

Artinya, perempuan yang memulai karier dalam bidang politik bukanlah hal yang tidak mungkin. Di Indonesia sendiri ada kesempatan 30% keterwakilan untuk perempuan duduk di parlemen. Sayangnya sampai pemilu baru-baru ini diselenggarakan, dilansir dari Tirto.id hanya terisi 20,87 persen anggota legislatif perempuan sekitar 120 orang. Itu artinya kuota yang disediakan masih belum bisa tercapai.

Ke depannya, diharapkan ada banyak perempuan-perempuan kuat yang akan menghiasi perpolitikan Indonesia. Bergelut dalam kontestasi kekuasaan memang tidak mudah, terlebih ini adalah ‘politik’ yang memiliki citra yang buruk di mata masyarakat, dibutuhkan politisi-politisi berintegritas, berkarakter yang mampu mengubah citra itu, bukan sekadar numpang untuk mempertebal dompet sendiri.

Jika perempuan juga ingin kenapa tidak? Jika perempuan ingin berkarier di politik, apa yang salah dengan itu?

Penulis: Nur Aulia Safira

Peserta kompetisi “Lomba Menulis Artikel dengan Tema Strong Women” yang diadakan Haidiva.com dalam memperingati Hari Ibu.

Spread the love

2 thoughts on “Kontestasi Politik, Bagaimana dengan Eksistensi Perempuan?

  1. Pemimpin Perempuan di Negara Terbaik Atasi Wabah Corona
    April 20, 2020 at 11:22 am

    […] Baca: Kontestasi Politi, Bagaimana dengan Eksistansi Perempuan? […]

  2. Mengapa Topik Politik Bikin Kita Marah?
    November 5, 2020 at 12:52 pm

    […] Baca juga: Kontestasi Politik, Bagaimana Eksistensi Perempuan?  […]

Comments are closed.