Haidiva.com-“Alah, gitu aja baper!” Pernah tidak mendapatkan celetukan tersebut ketika kita tersinggung saat mendengar sebuah lelucon? Dark jokes, lelucon kelam, kilah mereka yang melontarkan sebuah lelucon dengan isu sensitif. Nyatanya, dark jokes tak sekadar lempar lawakan yang kontroversial, ada rambu-rambu yang mesti dipatuhi.
“Dark jokes sering berasal dari kulminasi kepahitan mereka yang mengalami, bukan mereka yang ngaku-ngaku dark,” kata pegiat toleransi sekaligus komika perempuan Sakdiyah Ma’ruf saat menulis di akun twitternya @sakdiyahmaruf, Ahad, 26 Januari 2020. Sakdiyah telah mengizinkan Haidiva untuk mengutip twitternya dalam sebuah artikel.
Sakdiyah mengutip definisi stand-up comedy dari Lawrence E. Mintz yang sering memposisikan penampilannya sebagai orang yang lemah. Dengan demikian, mereka melakukan kritik sosial, merebut argumentasi dan narasi, mendefinisikan diri sendiri lalu menjadi berdaya bahkan sampai bisa menyembuhkan trauma.
Baca juga: Manfaat tertawa bagi kesehatan
Sakdiyah menyontohkan dark jokes yang tepat seperti yang dilakukan Ernest Prakasa dalam sebuat bit mengenai nama Cina. Sakdiyah menganggap kelakar Ernest tersebut menembus kepahitan minoritas yang tidak diakui namanya di era Orde Baru atau deskriminasi etnis lain.
Bahkan saat menempuh Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM), Sakdiyah menulis penelitian mengenai stand up comedy seusai peristiwa Serangan 11 September di Amerika Serikat. Hasilnya, dark jokes bukan sekadar apa yang boleh atau tidak boleh dijadikan lelucon tetapi lebih pada siapa yang melontarkan dan tentang apa lawakan tersebut. Sakdiyah mengatakan korban atau penyintas sendirilah yang berhak memiliki narasi dan ingin ditampilkan.
Cuitan Sakdiyah ini menanggapi dark jokes yang sering kali dilontarkan oleh oknum pesohor komika yang kerap mengolok-olok korban bencana. Terbaru, komika ini membuat lelucon tentang hadiah angpao Tahun Baru Cina yang berisi virus corona.
Bahan materi Sakdiyah saat melakukan stand up sejatinya juga bermuatan lelucon gelap. Lelucon Sakdiyah lebih pada menyuarakan kegelisahan sebagai muslimah keturunan Arab. Ia tak segan membawakan tema-tema sensitive tentang konservatisme Arab dan diskriminasi terhadap perempuan.
“Pernah saya ditanya tentang garis keturunan. Arab, India, atau Pakistan? Saya jawab saja, ‘Ah sudahlah, sama-sama budaya kawin paksa,” kelakarnya saat mengisi sebuah acara Stand Up Comedy.
Haidiva sepakat dark jokes harus dilontarkan dengan hati-hati. Sama seperti Sakdiyah Maruf yang sering membawakan materi tentang diskriminasi yang dialami perempuan, dark jokes memang seharusnya tidak bersifat menyakiti korban melainkan kritikan terhadap sistem dan menjadi sarana agar para penyintas berdaya. Inilah dark jokes sebenarnya.**