081-2173-3281 redaksi@haidiva.com

Bisa Jadi Penghuni Kos Abadi

Bisa Jadi Penghuni Kos Abadi

Apa yang diimpikan ketika memasuki bangku kuliah hingga setelah menjadi sarjana? Karier? Mengejar karier? Apa  yang dibayangkan ketika mengejar karier? Akan selalu ada pikiran jalan keluar yang mudah dan cepat untuk mendapatkan kerja. Di mana? Ibu kota? Ya, ibu kota.

Begitu pikiranku setelah lulus di bangku perkuliahan. Hingga dua bulan setelah wisuda, alhamdulillah, aku telah diterima di perusahaan di Jakarta. Walau  cuma perusahaan anak cabang, tapi tidak apa-apa, aku coba jalani, untuk awal meniti karir.

Lalu berangkatlah pagi itu naik Kereta Rel Listrik (KRL) dari Ciawi Bogor ke Jakarta, mencari kosan yang harganya sesuai dengan bayaran gaji yang aku terima. Masuk sebuah gang yang berada di seberang kantorku, dan akhirnya dapat yang sesuai. Hari itu pula, aku langsung kembali ke Bogor, dan bersiap packing untuk pindah kosan karena awal bulan sebentar lagi.

Hari pertamaku di kosan baru, kali ini aku berada di jantung ibu kota, Jakarta Pusat. Tidak begitu mengerti apa yang ada di sekitarku. Hari pertama bincang-bincang dengan penghuni kos lama diawali dengan salam perkenalan.

Baca juga: Generasi emas lahir dari perempuan kuat

‘’Hi…anak kosan baru ya?”

“Nama kamu siapa?, kerja di mana..?’’

“Ini Jakarta Pusat ya, Monas kan tinggal jalan kaki dari sini,”saut penghuni kos kamar sebelah.

“Bundaran HI tinggal jalan dikit,‘’

“Oo…” dalam benakku.

Mereka penghuni kos lama, sama sepertiku bekerja di perusahaan ibu kota. Pengalaman mereka lebih dariku, bahkan ada penghuni senior yang sudah 20 tahun kos di sini.

“Apakah mereka tidak menikah?” gumamku.

Suasana pagi hari, hampir sama seperti kos sebelumnya, lalu aku pergi ke kantor hari pertama kos nih ceritanya. Ada Kepala, head officer, dan staff lainnya seperti satpam, office boy. Aku memperkenalkan diri kepada mereka. Setelah aku diantar ke meja kerjaku oleh kepala, aku buka komputerku memerhatikan mereka berbincang-bincang. Aku yang berasal dari daerah merasa agak kaget dengan candaan mereka, logat bicara nyolot-nyolot. Gak papalah dalam hatiku namanya juga Jakarta.

Pagi hari ke dua, aku coba pergi keluar kos untuk mencari sarapan. Anehnya tidak ada yang keluar untuk cari sarapan. Oh, mungkin mereka karena sudah lama kos di sini, jadi sudah bosan dengan jajanan di sini.

Hingga Aku pergi ke kantor, selalu saja ada candaan hangat dari office boy, satpam dan staff termasuk aku karyawan baru, hehe.

Pagi hari aku bangun pukul 04: 30, setelah adzan subuh, lalu aku mandi dan siap-siap untuk pergi ke kanto. Aku duduk di lantai 3. Aku buka komputer. Tak  lama kemudian telepon di sebelahku berbunyi. Aku angkat ternyata head officer di lantai bawah telepon memintaku untuk turun ke bawah. Ditunjukannya ruang dokumen dan menjelaskan tentang pekerjaan dan tugasku.

Pukul 17.00, aku matikan komputer. Melihat staff yang lain masih ada yang masih diam duduk di tempat kerjanya, karna aku masih Karyawan baru masih diperbolehkan pulang cepat mungkin.

Seminggu sudah berlalu aku berada di ibu kota. Masih berasa ngelanconglah di Jakarta. Hingga 2 minggu, aku jalani keseharian yang sama. Berangkat pagi pulang sore, sudah berasa lumayan ada rasa- rasa lelah pulang kerja. Salah satu untuk menghilangkan rasa penatku adalah sering berbincang- bincang dengan penghuni kamar lainnya.

Setiap hari aku jalani seperti itu setiap pulang. Aku berkumpul bersama teman-teman yang lainnya hingga waktu malam.

Sebelum tidur, setelah aku berkumpul berbincang-bincang dengan yang lainnya. sering Aku berpikir “mereka menjalani keseharian seperti ini sudah 10 tahun lebih di Jakarta??**

Penulis: Husnul Khotimah

Peserta kompetisi “Lomba Menulis Artikel dengan Tema Strong Women” yang diadakan Haidiva.com dalam memperingati Hari Ibu.

Spread the love