081-2173-3281 redaksi@haidiva.com

Belajar dari Kegagalan Bisnis Fashion Rihanna

Belajar dari Kegagalan Bisnis Fashion Rihanna

Haidiva.com-Setelah sukses dengan lini kosmetik Fenty Beauty, penyanyi luar negeri Rihanna bekerja sama dengan LVMH meluncurkan Fenty Fashion House pada Mei 2019 lalu. Belum genap dua tahun, dua kongsi ini sepakat menghentikan label busana mewah siap pakai itu pada 10 Februari lalu. Kegagalan Rihanna di bisnis busana ini bisa jadi pembelajaran bagi pengusaha fashion.

Merek Fenty mengambil nama lengkap Robyn Rihanna Fenty. Produk yang ditawarakan terinspirasi dari gaya busana sang bintang dan mendengungkan konsep body positivity. Produk yang ditawarkan mulai dari sepatu, pakaian denim, aksesoris, dan kacamata.

Dikutip dari berbagai sumber, ini faktor yang menyebabkan Fenty Fashion House tidak sesukses lini bisnis kosmetik milik Rihanna.

Baca juga: Dampak corona bagi fashion global

Terdampak COVID-19

Rihanna menggunakan produk busana (Istimewa)

Dikutip dari CNN, Fenty hadir di waktu yang tidak tepat, setahun sebelum pandemi COVID-19 melanda. Tak hanya merek baru, banyak rumah mode lama yang terseok-seok menghadapi pandemi. Banyak label yang menutup tokonya di luar negeri.

Fenty mengeluarkan dana besar untuk promosi di tahun 2019. Belum balik modal, produk milik Rihanna ini harus menghadpai penjualan yang menurun di tahun berikutnya. Pembatasan perjalanan selama pandemi kian menyulitkan pemasaran produk dan koordinasi antara Rihanna yang tinggal di Amerika Serikat dan tim utama di Perancis.

Harganya terlalu mahal

Fenty Fashion

Rihanna memang mempunyai penggemar yang banyak seluruh dunia. Dia juga memiliki follower 91 juta di Instagram dan 102 juta di Twitter. Namun, mereka belum tentu mau membelanjakan uangnya untuk membeli produk Fenty yang harnganya mahal.

Baca juga: Kesalahan atur keuangan pengusaha pemula

Bloomberg menyatakan banyak produk adibusana yang lebih eksis dan telah terpercaya sebelum Fenty lahir. Para penggemar lama fashion tentu lebih memilih produk terebut daripada merek baru. Fenty mestinya menyasar kelompok kawula muda dengan harga yang lebih terjangkau bagi mereka.

Salah promosi

Poster Fenty Fashion

Pada dasarnya, Fenty menjual nama Rihanna bukan produknya. Meski berlokasi di tanah fesyen paling mewah, Paris, tetap saja nama Rihanna yang digunakan untuk menggaet pasar. Inilah yang menyebabkan Fenty sulit masuk ke penggemar adibusana yang lebih dewasa.

“Berpusat pada Rihanna, dikembangkan olehnya dan dibentuk dengan visinya dalam hal pakaian siap pakai, sepatu dan aksesori, termasuk komersialitas dan komunikasi merek” ungkap LVMH seperti yang dikutip dari Prestige.

Tak memiliki toko fisik

Nuansa toko online Fenty Fashion House

Fenty tidak memiliki toko fisik selain situs webnya. Ia menjual koleksinya melalui promosi gambar di toserba. Tampilannya menunjukkan warna biru cerah. Alih-alih diasosiasikan dengan produk fashion mewah namun malah terlihat mirip startup atau perusahaan rintisan teknologi.

Baca juga: Emma Watson jadi direktur di produk fesyen dunia

Alhasil, produk Fenty malah serupa dengan lini pakaian kerjasama antara artis dengan label tertentu. Misalnya seperti Nagita Slavina dengan Ramayana atau Beyoncé’s House of Deréon, dibandingkan dengan Givenchy atau Fendi.

Salah waktu rilis busana

Rihanna di acara peluncuran Fenty Fashion House 2019 silam(REUTERS/Charles Platiau)

Sebagai perbandingan, Fenty Beauty mempromosikan keragaman – tidak hanya dalam rangkaian produk make-upnya yang ekstensif, tetapi melalui kampanye dan pilihan duta besar. Fenty mencoba merangkul semua tipe tubuh, terutama melalui presentasi mewah bertabur bintang.

Merek ini merilis item bulanan alih-alih mengikuti kalender mode musiman. Jadi tidak ada peragaan busana untuk menyempurnakan koleksi itu sendiri atau citra pelanggan Fenty. Salah strategi ini menambah aspek kegagalan Fenty Fashion House milik Rihanna.

Spread the love