081-2173-3281 redaksi@haidiva.com

Alasan Surga di Bawah Telapak Kaki Ibu, Bukan di Balik Keringat Ayah

Alasan Surga di Bawah Telapak Kaki Ibu, Bukan di Balik Keringat Ayah

Haidiva.com-Mutiara hikmah tentang “Surga di bawah telapak kaki ibu” telah menjadi jurus maut para Emak-Emak untuk menaklukkan anak-anaknya. Di era modernisasi seperti saat ini, mutiara hikmah tersebut juga dijadikan para genarasi milenial sebagai materi gombalan untuk memikat hati seorang perempuan.

Mutiara hikmah tersebut juga merefleksikan eksistensi seorang ibu berada di atas eksistensi seorang ayah. Dengan kata lain mutiara hikmah tersebut juga membantu menempatkan derajat perempuan memiliki nilai kemuliaan tersendiri daripada laki-laki.

Sebenarnya; hal apa yang membuat surga dianalogikan sebagai hal yang berada di telapak kaki Ibu, kok bukan di balik jerih payah seorang ayah? Berikut 5 alasannya.

Ayah memang banting tulang untuk keluarga, tetapi Ibu melahirkan keluarga dengan bertaruh nyawa

Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa di akhir tahun 2015 terdapat 303.000 perempuan di seluruh dunia meninggal menjelang dan selama proses persalinan. Bahkan, beberapa suami menjadi menyesal menyakiti istrinya setelah melihat perjuangan istri melahirkan putra/putrinya.

Ayah bisa saja membelikan susu termahal se-Indonesia, tapi ibu mengeluarkan susu terbaik.

Pemberian ASI direkomendasikan secara langsung oleh WHO sebab merupakan susu terbaik untuk bayi. Di antara kebermanfaatan ASI adalah mampu memberikan perlawanan terhadap infeksi, memiliki nutrisi yang mudah dicerna oleh bayi yang baru lahir, mengandung vitamin serta mineral yang berlimpah, dan yang paling mahapenting adalah ASI itu gratis. Menurut studi dari National Institutes of Health Women’s Health Initiative, ditunjukkan bahwa seorang Ibu yang menyusui selama 7 hingga 12 bulan, pasca-melahirkan akan memiliki risiko penyakit jantung lebih rendah.

Ibu tunggal bisa mandiri membesarkan anak, ayah tunggal masih butuh istri

Konon, seorang Ibu tunggal yang ditinggal mati atau bercerai dengan suaminya masih bisa betah menjanda hingga mati demi buah hati. Sedangkan seorang Ayah tunggal akan lekas cari ganti. Memang ini sebenarnya hanya ‘mitos’ yang masih diyakini oleh sebagian kelompok masyarakat. Bukti lainnya yang memperkuat alasan yang ketiga ini adalah penggunaan istilah ‘Lelaki Buaya Darat’ dibanding ‘Perempuan Buaya Darat’ masih terkesan asing dan tidak familiar.

Ayah bekerja pada jam kerja, Ibu mulai bekerja sebelum ayah bangun hingga setelah Ayah terlelap.

Hal ini disebabkan oleh rutinitas harian seorang Ibu, mulai dari menyiapkan masakan untuk sarapan, mengantar anak sekolah, membersihkan rumah, mencuci, menyetrika. Beberapa Ibu juga ada yang membantu suaminya bekerja, menyiapkan masakan untuk makan siang serta makan malam, hingga mencuci piring pasca makan malam ketika semua penghuni rumah telah membangun mimpi indah.

Pekerjaan ayah bisa digantikan ibu, tapi susah sebaliknya

Beberapa pekerjaan ayah  bisa diambil alih oleh ibu tetapi hampir seluruh pekerjaan seorang ibu tidak bisa diambil alih oleh ayah. Ayah tak bisa melahirkan dan menyusui anak.

Pada akhirnya, teruntuk Ibu-ku dan seluruh Ibu di belahan dunia manapun, terima kasih untuk doa yang tak pernah berhenti dan terima kasih untuk cinta yang senantiasa mengiringi. Selamat Hari Ibu, sebab Kalian adalah perempuan tangguh.

Penulis: Akhmad Idris

Peserta kompetisi “Lomba Menulis Artikel dengan Tema Strong Women” yang diadakan Haidiva.com dalam memperingati Hari Ibu.

Spread the love