081-2173-3281 redaksi@haidiva.com

Aisyah, Perempuan yang Tak Sekadar Rupawan

Aisyah, Perempuan  yang Tak Sekadar Rupawan

Haidiva.com-Belum lama ini, penikmat musik Indonesia disuguhkan dengan lagu pop religi yang berjudul “Aisyah Istri Rasulullah”. Dengan nada teduh dan enak didengarkan, lagi itu telah menjadi lagu religi terfavorit. Terutama pada saat Ramadhan tahun ini yang wajahnya berbeda dengan sebelumnya lantaran pandemic virus corona atau covid-19.

Lagu Aisyah Istri Rasulullah mengisahkan cuilan romansa penuh kasih antara Nabi Muhammad dengan istrinya Aisyah, menggambarkan romantisme kisah cinta yang indah dan penuh makna. Tidak hanya itu, lirik lagu tersebut juga mampu membuat pendengar merasa kagum dengan kecantikan dari Aisyah Binti Abu Bakar as Shiddiq.

Namun, ada beberapa hal yang patut disayangkan lantaran lagu itu sekadar melihat seorang Aisyah pada persoalan fisik saja, berhenti pada penggambaran tampak luar. Nyatanya, ada kisah perjuangan kesetaraan perempuan yang dilakukan Aisyah dibalik sosok rupawannya.

Baca: Sifat Khadijah yang Wajib Ditiru

Aisyah dikenal sebagai  sosok perempuan yang cerdas, berintegritas, dan mempunyai wawasan luas, serta pejuang gigih yang senantiasa memperjuangkan nilai-nilai Islam. Peran Aisyah dalam sejarah Islam sangat strategis. Bahkan, dapat dikatakan bahwa Aisyah menjadi orang yang diperhitungkan akan peranannya di masa itu.

Semasa hidupnya, Aisyah memiliki kontribusi sangat besar terhadap periwayatan hadist Rasulullah. Aisyah menjadi rujukan para sahabat sepeninggal Nabi Muhammad. Hal ini dikarenakan, selain Aisyah merupakan orang yang sangat dekat dan hidup bersama Nabi, ia juga memiliki ingatan yang tajam dan kuat. Hingga ia mengingat setiap jawaban Nabi atas pertanyaan yang diajukan oleh umatnya. Melalui Aisyah, para ahli hadist menukil lebih dari 2.200 hadist, yang sebagian besar tergolong  fard (hadist yang salah satu perawinya tunggal).

Dikisahkan, Aisyah mampu meluruskan salah satu hadis seksis terhadap perempuan yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Kala itu ada sahabat yang memberi tahu Aisyah bahwa Abu Hurairah meriwayatkan hadist berbunyi, “Kesialan bersumber dari tiga hal; rumah, perempuan, dan binatang.”

Lalu Aisyah berkata, “Abu Hurairah kurang perhatian. Ketika ia masuk Rasulullah bersabda, ‘Semoga Allah membinasakan orang Yahudi. Mereka mengatakan, kesialan bersumber dari tiga hal; rumah, perempuan, dan binatang.” “Artinya, Abu Hurairah hanya mendengar ujung hadist, tidak mendengar awalnya.”

Hal tersebut dapat diartikan bahwa Aisyah merupakan sosok yang cermat dan teliti dalam mengamati peristiwa yang terjadi, termasuk ketika Nabi menyampaikan sabdanya. Dapat diartikan pula, Aisyah telah “menyelamatkan” umat muslim dari kesalahpahaman dalam memaknai hadist Rasulullah, yang notabene merupakan salah satu pedoman kehidupan umat muslim.

Ibu para muslimin karena kecerdasannya

Karena kapasitas keilmuannya telah banyak memberikan kontribusi nyata pada perkembangan khazanah keilmuan, Aisyah menjadi guru bagi banyak sahabat dan tabiin yang menimba ilmu kepadanya. Beberapa di antaranya adalah Abu Hurairah, Ibnu Abbas, Ummi Kultsum, Abu Burdah, dan Urwah bin Zubair. Aisyah juga seringkali menjadi referensi dan rujukan bagi ulama Muslim dan para sahabat Nabi. Kepandaiannya yang unggul dan mumpuni, membuatnya menjadi tokoh perempuan yang melampauai zamannya.

Pengetahuan Aisyah yang begitu luas, membuatnya berperan penting dalam banyak bidang keilmuan. Berbagai ilmu yang dikuasainya antara lain ilmu Al-Qur’an, hadist, fiqih, tafsir dan asbab al-nuzul, ilmu Fara’id, ilmu kedokteran, ilmu kesusastraan serta menguasai bahasa Arab dengan sangat baik. Aisyah memiliki peranan penting dalam mendidik umat terutama generasi muda (sepeninggal Nabi), salah satunya terwujud dalam majelis ilmu yang ia dirikan.

Rajin bersedekah

Sejarah turut mencatat akan kelembutan, kesabaran dan kedermawanan Aisyah. Ia senang bersedekah dan menolong sesama. Aisyah juga dikenal sebagai sosok yang kritis terhadap kemungkaran. Bakatnya yang juga sebagai orator ulung, tidak pernah lelah menyuarakan pembelaan atas kaum papa dan kurang beruntung. Aisyah pun tidak segan-segan memberikan kritikan tajam kepada setiap khalifah jika terdapat hal-hal yang dianggapnya kurang tepat.

Sejarah telah mencatat keistimewaan dari Aisyah dengan tinta dedikasi dan perjuangan. Keberanian, ketegasan, kewibawaan, kecerdasan, cakrawala pengetahuan yang luas, kedermawanan, kelembutan, dan kebaikan-kebaikan lainnya telah tersemat dalam kisah perjalanan hidup Aisyah. Aisyah merupakan seorang Ibu pendidik, pengasih dan pembela bagi umat kala itu.

Peranan Aisyah dalam sejarah keilmuan, sosial dan politik Islam, pun menunjukkan bahwa Islam tidak membatasi perempuan untuk mengambil peran dalam berbagai bidang kehidupan. Aisyah adalah perempuan yang telah membuktikan, sejak berabad-abad yang lalu, perempuan dapat setara dan harus turut serta mengukir nasib dan masa depan peradaban manusia. Sosok Aisyah yang seperti ini tentu berlawanan dengan agenda kelompok konservatif mengenai peran perempuan dalam Islam yang bertujuan merumahkan.

Tulisan ini hadir tidak dengan maksud ingin menunjukkan kelemahan dan kekurangan lagu Aisyah melainkan lebih kepada memberikan telaah kembali esensi yang sebaiknya diangkat pada lagu tersebut. Jika lagu tersebut juga dioptimalkan pada aspek kapasitas Aisyah, orang akan lebih banyak mengenal Aisyah tidak hanya sebagai seorang isri yang rupawan namun sebagai seorang perempuan cerdas, pejuang, dan berdedikasi tinggi.

Kontributor: Fanda Puspitasari, Wakil Ketua Bidang Sarinah, DPP GMNI

Spread the love