081-2173-3281 redaksi@haidiva.com

Penggemar Kpop Boikot Synnara Records: Terlibat Kultus Sesat

Penggemar Kpop Boikot Synnara Records: Terlibat Kultus Sesat

Haidiva.com-Synnara Records, perusahaan distribusi album musik besar di Korea Selatan, diboikot penggemar K-pop baru-baru ini. Penyebabnya karena berhubungan dengan sekte besar, Aga Dongsan (Taman Bayi) yang menghancurkan kehidupan puluhan orang, dan diduga membunuh beberapa anggota, termasuk seorang anak.

Salah satu cara terbesar penggemar K-Pop untuk mendukung artis favorit mereka adalah dengan membeli album mereka. Meski sudah bisa menikmati musik melalui media on demand, pembelian album menunjukan cinta penggemar kepada idolanya.

Karena K-Pop telah menyebar ke seluruh dunia, semakin banyak opsi pembelian tersedia. Distributor yang berbasis di Korea Selatan memperluas jangkauan mereka secara global. Salah satu distributor populer untuk membeli album adalah Synnara Records.

Synnara Records sangat populer karena harganya murah dan layanan pesanan berbahasa Inggris. Sehingga, banyak toko lokal di beberapa negara memesan album mendapatkan pasokan album dari Synnara Records.

Baca juga: Skandal Lotte Group ala drama Korea

Synnara Records didirikan oleh Kim Ki Soon, pemimpin kultus Aga Dongsan. Sementara Shin Okhee yang sekarang menempati posisi CEO, dulunya adalah bagain administrasi dari agama Agadongsan. Synnara Sendiri merupakan penyuplai album untuk semua artis Kpop termasuk artis-artis besar seperti EXO dan BTS.

Kultus sekte sesat

Didirikan oleh Kim Ki Soon pada tahun 1982, kultus Aga Dongsan adalah komunitas religius yang terdiri dari pertanian kolektif dan pabrik di Provinsi Gyeonggi, Korea. Kim Ki Soon menempatkan dirinya sebagai kepala pemujaan dan menyebut dirinya sebagai bayi berusia tiga tahun. Karena menyebut sebagai bayi, ia mengklaim suci dan bebas melakukan apapun tanpa dosa.

Masalah utama dengan kultus ini adalah eksploitasi tenaga kerja yang terjadi. Pengikutnya bekerja selama 16 jam dengan gaji yang sangat kecil. Pengikutnya banyak yang meninggal karena kelelahan dan tak mendapatkan pengobatan yang tepat. Pada tahun 1996, sekitar 30 anggota mengajukan petisi yang meminta agar sekte tersebut diselidiki atas tuduhan eksploitasi.

Selain eksploitasi, anggota sekte mengklaim bahwa pemimpin tersebut bertanggung jawab atas kematian beberapa orang. Misalnya seorang gadis berusia 21 tahun yang dipukuli sesama pengikut karena membuat anak laki-laki Kim Ki Soon jatuh cinta. Seorang anak berusia 7 tahun yang dipukuli sampai mati karena rewel tidak bisa bertemu dengan orang tuanya. Mereka disebut oleh Kim Ki Soon dirasuki iblis dan mesti disadarkan lewat pukulan.

Baca juga: Aktor serial Netflix Wednesday kena kasus pelecehan seksual

Penyelidikan tersebut menjadi berita internasional ketika diketahui bahwa Synnara Records dimiliki dan dioperasikan oleh sekte tersebut. Synnara Records adalah distributor album terbesar di Korea pada saat itu. Penyebab harga yang murah karena diduga, dari banyak sumber berita, anggota sekte bekerja secara gratis.

Bebas tuduhan pembunuhan, hanya wajib bayar tunggakan pajak

Pengadilan Tinggi Seoul memenangkan sebagian aduan pelapor pada tahun 1998. Setelah penyelidikan dua tahun, Kim Ki Soon dihukum karena penggelapan pajak, dan eksploitasi serta dijatuhi hukuman empat tahun penjara dan ₩5,60 miliar KRW atau sekitar Rp 66,23 miliar.

Tahun 2008, kultus ini bubar. Pertanian kolektif, yang awalnya dimulai dengan lahan seluas 13.223 meter persegi (3,27 hektar), berkembang menjadi 528.928 meter persegi. Tanah itu didaftarkan atas nama masing-masing orang kepercayaan Kim Ki Soon.

Meskipun Aga Dongsan berakhir, penggemar K-Pop tahu Kim Ki Soon masih menjadi pemilik Synnara Records. Apalagi setelah serial dokumenter Netflix ‘In The Name Of God: Holy Betrayal’ menunjukan kejahatan Kim Ki Soon. Beberapa anggota kultus masih memegang posisi lebih tinggi di perusahaan. Hal ini menyebabkan banyak penggemar memboikot distributor tersebut, terlepas dari harga murah yang ditawarkannya.

Spread the love