081-2173-3281 redaksi@haidiva.com

Malaikat Itu Bernama Ibu, Kasih Sepanjang Jalan

Malaikat Itu Bernama Ibu, Kasih Sepanjang Jalan

Haidiva.com-“Selamat pagi, Sayang,”

Sapaan rutin pagi ini kudengar seiring hangatnya berkas sinar matahari yang menyelimuti pelindungku. Riang tubuhku menyambutnya dengan bergerak-gerak gemas. Sang pemilik suara itu tertawa lirih sembari membelai-belaiku penuh sayang.

Kurasakan tubuhnya kembali bergerak merengkuhku dan berjalan-jalan pelan. Geraknya tak seimbang hingga aku merasa sedikit terombang-ambing ke dua arah yang berlawanan. Kudengar ia bersenandung lembut namun aku tak dapat mengenali melodinya. Tapi sensasinya sungguh menyenangkan.

Tak perlu waktu lama, kurasakan suhu pelindungku menjadi lebih panas. Aku merasa tak betah. Kugerakkan otot-otot tubuhku. Kakiku mendorong sisi atas ruang lindungku, meronta meminta lepas hingga kudengar perempuan yang sedang menimangku mengaduh.

Tubuhnya mulai berkeringat dan terserang gelombang panik. Digapainya tiang besi di samping kirinya sembari memanggil-manggil sebuah nama. Ditimangnya aku lebih erat sembari terus berteriak.

Kudengar langkah kaki bergegas dan suara seorang laki-laki. Ah! Aku tau. Mereka yang kutahu memang biasa bersama. Bahkan laki-laki bersuara berat ini senang sekali bercanda ria denganku.

Memoriku mundur ke belakang, kuputar ulang setiap rekaman suara yang pernah kudengar hingga aku merasakan timangan sang perempuan berguncang. Kudengar suara-suara bising bernada panjang yang memekakkan telinga. Aku tak nyaman. Kakiku semakin meronta, mencoba melepas ruang hangat yang berada dalam dekapan sang perempuan. Perempuan itu terus merintih sembari mempertahankan dekapannya padaku.

Aku mencoba bergerak kembali, mencari celah demi mencari tahu apa yang sesungguhnya sedang mereka semua lakukan. Kudengar kembali suara laki-laki itu, kurasakan sedikit usapan-usapan lembut di balik pelindungku. Aku merasa seolah ia sedang berusaha membantuku mencari jalan. Kucoba mengikuti arah geraknya, tapi aku terkunci.

Aku merasa lelah dan kucoba sejenak berhenti meronta. Saat itulah kusadari, aku perlahan terhimpit. Persediaan air tempatku bermain ternyata telah menyusut. Aku kebingungan dan kembali bergerak cepat mencoba memanggil laki-laki dan perempuan yang selama ini selalu bersama-sama denganku. Dan tak lama, aku dengar suara perempuan cantik itu seolah menahan tekanan disusul dengan tekanan yang kurasakan mendorong kedua kakiku.

Aku bingung dan berusaha ikut mendorong balik tekanan itu ke arah yang berlawanan. Satu kali. Dua kali. Dan tepat di dorongan kelima, kepalaku seolah tersangkut ke katup. Tapi aku tak merasa terhimpit, justru kurasakan beberapa sentuhan di puncak kepalaku. Hangat. Lalu kudengar perempuan itu terengah-engah bersamaan berhentinya tekanan di ujung-ujung kakiku.

“Dorong lagi. Sedikit lagi,” kudengar suara asing di dekatku.

Tak lama gelombang tekanan itu datang lagi. Kali ini lebih kuat hingga aku merasa merosot sangat cepat dan merasakan perbedaan suhu ruang yang ekstrim. Dingin. Aku terkejut dan menjerit meronta kebingungan.

Aku merasa direngkuh dan ditempatkan ke bidang yang hangat. Sangat hangat. Kurasakan dentuman cepat di bawah dadaku. Iramanya terasa tak asing. Aku merangkak mendekat ke pusat dentum-dentum teredam itu. Kuposisikan tubuhku dengan nyaman di titik dentuman yang kutemukan. Aku merasakan sentuhan-sentuhan lembut di kepala dan punggungku sembari kudapati samar suara terisak dari laki-laki dan perempuan baik yang selama ini menemaniku. Tangis mereka seolah tergugu.

Kucoba perlahan membuka mataku. Seberkas cahaya putih merangsek masuk ke rongga mataku. Silau. Kukerjap-kerjapkan kelopak mataku dengan sangat lembut. Mataku seolah menemukan siluet wajah tersenyum. Pipinya berkilau basah oleh air mata dan peluh. Tangisku mereda. Kutatap lekat perempuan itu seolah dalam gerak lambat.

“Alhamdulillah. Assalamualaikum, Sayang. Ini Ibu,” kudengar kembali suara lembut perempuan yang terus mengusap-usap tubuhku dengan sayang.

“Selamat. Bayi anda perempuan dan sehat. Lahir 22 Desember 1993 pukul 08.45 WIB.

Wah, Selamat Hari Ibu!”

Penulis:Dian Lestari Wilianingtyas

Peserta kompetisi “Lomba Menulis Artikel dengan Tema Strong Women” yang diadakan Haidiva.com dalam memperingati Hari Ibu.

Spread the love