081-2173-3281 redaksi@haidiva.com

L’oréal-Unesco For Women In Science, Perempuan Selamatkan Kehidupan Lewat Sains

L’oréal-Unesco For Women In Science, Perempuan Selamatkan Kehidupan Lewat Sains

Haidiva.com- L’Oréal Indonesia membuat program pendanaan riset L’Oréal-UNESCO For Women in Science (FWIS). Empat ilmuwan perempuan muda dianugerahkan National Fellowship 2021 atas rencana penelitian mereka. Para ilmuwan ini berhasil mengembangkan inovasi berkelanjutan dan menyelamatkan kehidupan di bumi.

 “Science saves lives,  kita  semua  percaya sains  mampu  menyelamatkan  kehidupan.   Sains tak  hanya  berperan  di  masa sekarang, namun juga menjawab tantangan masa depan, serta mendorong keberlanjutan bumi dan mahluk hidup  bagi  kita  dan  generasi  berikutnya.  Itulah  mengapa,  L’Oréal  Indonesia  selama  lebih  dari  17  tahun berkomitmen untuk terus memajukan perempuan dalam dunia sains,” kata Umesh Phadke, President Director L’Oréal Indonesia.

Berikut empat pemenang L’Oréal-UNESCO For Women in Science 2021 sebagai berikut:

Febty Febriani, Ph.D dari Peneliti di Pusat Riset Fisika – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

Gempa Bumi (Antara Foto)

Febty membuat sistem yang dapat memperkirakan terjadinya gempa di masa mendatang. Melihat letak geografis Indonesia yang rentan terjadinya gempa dan tsunami, Febty ingin menganalisis karakteristik heterogenitas kerak di Indonesia. Tujuannya untuk mengurangi risiko bencana gempa bumi dan tsunami.

Baca juga: Teknologi alat rumah tangga yang mempermudah pekerjaan

Febty sedang melakukan analisa pada data geomagnetik untuk memetakan karakteristik heterogenitas kerak bumi Indonesia. Analisis ini juga bertujuan membangun sistem dengan metode yang divalidasi untuk menentukan prakiraan gempa jangka pendek dengan menggunakan data geomagnetik.

“Melalui sains, saya ingin berkontribusi menyelamatkan kehidupan manusia dengan mengembangkan early warning system prakiraan kejadian gempa dan memetakan heterogenitas kerak bumi Indonesia,”  kata Febty.

Fransiska  Krismastuti, Ph.D  dari  Peneliti  di  Pusat  Riset  Kimia – Badan  Riset  dan  Inovasi  Nasional  (BRIN)

Industri baja nasional (Antarafoto)

Fransiska memiliki ketertarikan dalam dunia sains berawal di bangku kuliah. Ia melihat bahwa limbah galvanis- hasil proses pelapisan baja yang tak digunakan– ternyata memiliki khasiat baik bagi penderita luka kronis akibat diabetes. Ia kemudian tertarik untuk meneliti lebih jauh bagaimana limbah ini dapat menjadi solusi penyembuhan.

Fransiska berharap dapat menggunakan ZnO dari limbah industrial galvanisasi (pelapisan baja) dan pewarna alami ANT dari kol ungu sebagai alat memprediksi luka kronis yang muncul di tubuh penderita.  Alhasil, upaya  ini mampu mencegah pertumbuhan bakteri pada luka dan mendeteksi kemajuan pada proses penyembuhan luka yang bisa dilakukan secara mandiri oleh pasien.

Baca juga: Teknologi AI Google bisa deteksi kanker payudara

“Melalui sains, saya ingin berkontribusi menyelamatkan kehidupan manusia khususnya penderita luka kronis akibat diabetes dengan memanfaatkan limbah galvanisasi,” ujar Fransiska

Dr. Magdalena Lenny Situmorang dari Kelompok Keilmuan Bioteknologi Mikroba, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung, Indonesia

Budidaya udang (antarafoto)

Lenny meyakini bahwa era ekonomi biru harus mengutamakan pendekatan One-Health, dengan memprioritaskan kesehatan hewan, lingkungan dan manusia. Dalam penelitiannya, Lenny melihat potensi yang besar di bidang akuakultur. Dari sini, ia ingin melihat bagaimana mengembangkan budidaya udang yang baik yang tak hanya berproduktivitas tinggi tetapi juga mempertahankan kelestarian lingkungan.  

Penelitian Lenny membuktikan budidaya tersebut bisa menghasilkan produk udang yang bermutu dan berkeamanan tinggi untuk perlindungan kesehatan manusia. Ia berharap dapat mendukung industri budidaya udang di Indonesia untuk menjadi lebih tangguh dan berkelanjutan.

Baca juga: Baju berbahan jamur, upaya kurangi limbah fesyen

“Melalui sains, saya ingin berkontribusi menyelamatkan kehidupan udang dengan ekosistem perairan yang  terjaga  guna  meningkatkan  keberlanjutan  industri  udang  dan  menjamin  kesehatan  manusia,” ujar Lenny.

Peni  Ahmadi, Ph.D  dari  Peneliti  di  Pusat  Riset  Bioteknologi,  Badan  Riset dan  Inovasi  Nasional (BRIN)

Peni melihat potensi Indonesia sebagai negara kepulauan dengan garis pantai terbesar ketiga di dunia dan keanekaragaman biota laut yang luar biasa kaya. Potensi ini dapat dijadikan sebagai sumber bahan obat untuk berbagai penyakit, salah satunya kanker payudara. Melalui penelitian yang ia lakukan, Peni berharap dapat menciptakan terapi yang dapat membantu menyembuhkan kanker payudara  tanpa memberikan efek samping yang berbahaya bagi pasien.

“Melalui sains, saya ingin berkontribusi menyelamatkan perempuan dari kanker payudara dengan memanfaatkan biota laut Indonesia yang sangat beraneka ragam,” tutur Peni.

Spread the love