081-2173-3281 redaksi@haidiva.com

13 Minta Maaf Palsu yang Sering Digunakan Si Narsis

13 Minta Maaf Palsu yang Sering Digunakan Si Narsis

Haidiva.com-Permintaan maaf yang tulus menenangkan perasaan, membangun kembali kepercayaan, serta dapat menyembuhkan hubungan nyaris terputus. Permintaan maaf yang tulus sepenuh hati jarang digunakan oleh orang narsis, sering kali palsu.

Memperhatikan perasaan orang lain atau membangun kembali kepercayaan bukanlah prioritas utama orang narsis. Mereka enggen mengakui kesalahan dan beruaha menjaga citra diri meski iti membuat orang lain tak nyaman.

Ciri permohonan maaf palsu dari orang narsis adalah menolak mengakui kesalahan. Dikutip dari Psychlogy Today, berikut 13 permohonan maaf palsu yang sering digunakan orang narsis.

Meminimalisir kesalahan: ‘Maaf, aku hanya…”

Awas, permintaan maaf palsu (istimewa)

Orang narsis sering kali ingin kesalahannya terlihat sepele baginya meski untuk orang lain belum tentu. Mereka memohon maaf dengan seola perilakunya tidak menyakitkan atau dia lakukan untuk tujuan baik.

Contoh: “Maaf, aku hanya bercanda”, “Maaf, aku hanya coba membantu”.

Baca juga: Apology Languages, 5 Bahasa Minta Maaf

Shift-the-Blame: “Saya minta maaf karena anda..”

(Istimewa)

Permintaan maaf ini kosong. Menempatkan tanggung jawab kesalahan pada orang yang terluka pada perilakunya.

Contoh: “Saya minta maaf, tapi mungkin Kamu terlalu baper.”, “Saya minta maaf karena Kamu anggap omonganku salah”.

Permintaan maaf bersyarat: “Saya minta maaf jika…”

Minta maaf tapi tidak benar-benar (Deposit Photos)

Sama seperti sebelumnya, orang narsis ini sebenarnya tak menyadari kesalahan yang telah ia buat.
Contoh: “Saya minta maaf jika kamu terluka”, “Saya minta maaf jika telah berbuat salah.”

Permintan Maaf Deja-Vu

Minta maaf untuk menutup kasus (istimewa)

Pernyataan ini sebenarnya tidak mengandung permintaan maaf. Mereka hanya ini menutup kasusnya.
Contoh: “Berulang kali saya ucapkan minta maaf”,

The phantom apology: “saya menyesal..”

(istimewa)

Penyesalan adalah perasaan. Meminta maaf adalah tindakan. Memberi tahu orang bahwa Kamu menyesali apa yang terjadi bukan berarti Kamu sadar telah melakukan perbuatan menyakitkan.

Contoh: “Saya menyesal telah membuat kesalahan”

Baca juga: Cara cerdas minta maaf

Permintaan maaf cuci tangan: “Saya seharusnya..”

(Istimewa)

Mengabaikan permintaan maaf meminimalkan kerugian yang dilakukan dengan menawarkan sikap tidak menonjolkan diri tanpa mengakui konsekuensinya.
Contoh: “Mungkin seharusnya aku bertanya dulu padamu”

Minta maaf untuk tidak maaf: “Kamu tahu, saya …”

(Istimewa)

Saat orang narsis mengucapkan ini, artinya Kamu tak boleh marah atau mencoba menyampaikan pendapatmu padanya.
Contoh: “Kamu tahu, aku tidak bermaksud menyakitimu”.

Permintaan maaf tak terlihat: “Aku rasa aku..”

(Istimewa)

Ini mengisyaratkan perlunya permintaan maaf tetapi sebenarnya tidak melakukannya
Contoh: “Aku rasa, aku harus minta maaf padamu”

Permintaan maaf Pay-to-Play: “Saya akan meminta maaf asal…”

(Freepik/yanalya)

Orang narsis bersifat transaksional. Permintaan maaf yang ditawarkan secara cuma-cuma itu merugikannya.
Contoh: “Saya meminta maaf asal Kamu tak mengungkitnya lagi”

Baca juga: Cara hadapi anggota keluarga toxic

Permintaan maaf yang bukan minta maaf: “Saya disuruh..”

Shutterstock

Permintaan maaf ini semacam menunjukkan bahwa orang tersebut hanya meminta maaf atas saran orang. Kamu pasti akan bertanya apakah orang narsis ini benar percaya telah melakukan kesalahan.

Contoh: “Ibuku menyuruhku untuk meminta maaf padamau”.

Permintaan maaf takeaway: “Saya minta maaf tapi..”

Minta maaf yang tidak benar-benar minta maaf (istimewa)

Bagi dia, permintaan maaf yang bisa diambil kembali lebih buruk daripada tidak minta maaf sama sekali. Permintaan maaf ini menambah garam pada luka aslinya.

Contoh: “Saya minta maaf tapi itu karena kamu yang mulai masalah”.

Permintaan maaf satu untuk semua

(istimewa)

Permintaan maaf ini berusaha membersihkan kesalahan tapi mengindikasikan bahwa orang narsis itu sebenarnya tak tahu kesalahan apa yang telah diperbuat.

Contoh: “Saya mohon maaf atas semua kesalahanku padamu selama ini”.

Permintaan maaf Get-Off-My-Back

(Shutterstock)

Baik dalam kata-kata maupun nada bicara, permintaan maaf dengn dendam seperti itu tidak menawarkan kesembuhan. Ucapan ini justru seperti ancaman.

Contoh: “Sudah cukup! Oke! Aku yang salah!”

Baca juga: Tanda alami gaslighting, segera minta bantuan

Bagaimana permohonan maaf yang benar?

(api.time)

Sebaliknya, permohonan maaf yang benar-benar tulus memiliki sebagain besar atau justru semua tanda sebagai berikut. Pertama, tidak meminimalisir kesalahan yang telah ia lakukan. Kedua, menunjukkan bahwa orang orang yang meminta maaf memahami dan memiliki empati atas perasaan orang lain yang ia rasakan.

Ketiga, permintaan maaf menunjukkan penyesalan. Keempat, menawarkan komitmen untuk menghindari terulangnya perilaku menyakitkan di masa depan. Kelima, menawarkan untuk menebus atau memberikan ganti rugi. Kelima, jujur mendengar dari sudut pandang korban bagaimana dampak dari perilakunya.

“Lebih dari segalanya, pihak yang terluka perlu tahu bahwa kita benar-benar ‘mengerti’, bahwa empati dan penyesalan kita tulus, bahwa perasaannya itu masuk akal, bahwa kita akan menanggung sebagian dari rasa sakit yang kita alami. Akibatnya, dan kita akan melakukan yang terbaik untuk memastikan tidak ada perbuatan yang berulang. ” kata penulis Harriet Lerner.

Spread the love