Haidiva.com-Setelah kita mengenal homeschooling atau sekolah di rumah, ada alternatif pendidikan lain yaitu unschooling atau tak bersekolah. Anak dibebaskan memilih keahlian yang dia inginkan sesuai minat dan bakat tanpa melalui pendidikan formal. Metode ini dirancang oleh pakar pendidikan dan tumbuh kembang anak John Holt.
“Unschooling mengajari saya cara menentukan tujuan, beradaptasi, dan belajar mencapai target sejak dini,” kata Alice Goldstein (24 tahun) yang masa kecilnya dilewatkan dengan metode unschooling seperti yang dikutip dari ednc.org.
Sewaktu kecil, Alice menghabiskan waktu dengan apapun kegiatan yang dia sukai mulai dari teater, berenang, menjadi sukarelawan gerakan sosial. Hingga kelas 10 di sistem pendidikan Amerika (setara dengan SMA di Indonesia), Alice tidak pernah menempuh pendidikan di sekolah tradisional. Meski demikian, ia harus pandai mengelola waktu dan memilih komunitas untuk menambah ilmu dan keahlian.
Baca juga: Cara Memilih Sekolah Terbaik untuk Anak
Saat berusia sembilan tahun, Alice mendatangi komunitas Wonder Unschoolers Day Camp setiap hari Senin. Ia dan 15 siswa lainnya berjam-jam bermain dan menelusuri hutan sambil membawa buku panduan. Lain waktu mereka masuk ke toko barang bekas untuk belajar banyak hal. Dari perkemahan inilah, Alice menemukan minatnya untuk belajar tentang biologi di Goucher College, Maryland. Sekarang, Alice dikenal sebagai pakar biologi sel di Enviromental Protection Agency, lembaga Pemerintah Amerika Serikat yang bergerak pada perlindungan lingkungan.
Konsep pendidikan unschooling sudah dipelopori oleh John Holt sejak tahun 1970-an. Ia menyebutnya sebagai ‘mengeluarkan anak dari sekolah’. Konsep ini meminta orang tua untuk melupakan buku pelajaran, meja, ujian, bahkan guru untuk anak-anak mereka. Sebaliknya, para bocah diberikan kebebasan memilih apa yang mereka ingin pelajari. Ini berbeda dengan homeschooling karena tidak ada tes, tugas atau PR, orang tua pun tak perlu mengisi peran sebagai guru.
Menurut Pusat Statistik Nasional Amerika Serikat memprediksi ada sekitar hampir 3 juta anak yang orang tuanya menerapkan sistem unschooling. Mereka kebanyakan beralasan karena tidak puas dengan sistem sekolah umum. Seperti yang dilakukan oleh Katherine Williams yang memilih memberi unschooling untuk kedua anaknya setelah kecewa dengan SD terdekat yang tak mau mengajari anaknya keahlian membaca lebih lanjut.
Setelah keluar, Katherine melihat anak-anaknya lebih bahagia dan justru bersemangat mengambil keahlian sesuai minat mereka. Mereka belajar sendiri, mampu mengambil keputusan sendiri, dan lebih bisa diajak berdiskusi. Kedua anaknya sekarang telah kuliah. Henry (21 tahun) belajar filsafat di University of North Carolina dan Riley (19) adalah mahasiswa teknik di Durham Tech.
Baca juga: Pola Asuh Orang Tua, Panda Mom vs Tiger Mom
“Sekolah ternyata memenjarakan mereka dengan aturan yang ketat, pemisahan berdasarkan usia, hingga memutus dari pengetahuan dunia yang lebih besar,” ujar Katherine.
Agar diterima di kampus, Katherine mengatakan mereka memang menghadiri lembaga di perguruan tinggi untuk mengukur keahlian mereka bila dibandingkan dengan anak yang bersekolah formal. Inilah yang masih belum ada bila orang tua Indonesia ingin menerapkan unschooling untuk anak-anaknya. Solusinya, setiap anak yang menerapkan unschooling tetap harus menempuh pendidikan penyetaraan seperti kejar paket agar mereka tetap bisa masuk perguruan tinggi atau berpindah ke pendidikan formal.
Masalah lain ialah ketika anak tak terbiasa diajarkan mandiri atau mempunyai inisiatif sendiri. Hal ini tentu sulit melakukan unschooling karena anak berpotensi tidak berkembang.**
Raising Theybies, Metode Orang Tua Didik Anak Bebas Gender
Juli 11, 2020 at 8:48 pm[…] Baca juga: Unschooling, alternatif pendidikan tanpa sekolah […]
Hari Anak Nasional, Ini Mainan Murah dan Edukatif
Juli 23, 2020 at 3:25 pm[…] Baca juga: Unschooling, Alternatif Pendidikan Tanpa Sekolah […]