081-2173-3281 redaksi@haidiva.com

Membangun Indonesia Kecil Bernama Kepulauan Anambas

Membangun Indonesia Kecil Bernama Kepulauan Anambas

Haidiva.com-Sepertinya, kita harus banyak bersyukur kepada Tuhan karena kita dilahirkan sebagai manusia Indonesia. Bagaimana tidak bersyukur, kita hidup di negara yang memiliki potensi alam yang tidak ada bandingannya.

Indonesia, dikenal sebagai negara kepulauan atau negara maritim. Menurut data Direktorat Toponimi dan Batas Daerah Ditjen Bina Adwil Kemendagri, Indonesia mempunyai 17.162 pulau yang sudah terverifikasi spasial (nama, koordinat, dan poligon) pada April 2020, dan menyisakan 229 pulau yang akan ditelaah kembali.

Tanah-air yang dimiliki Indonesia ini terletak pada posisi strategis diantara dua benua dan dua samudra, dan tidak hanya itu tanah-air kita ini juga dilewati oleh garis khatulistiwa. baik di darat maupun di laut tersimpan potensi yang diakui dunia.

Bahkan, Profesor Arysio Santos dalam buku karyanya “Atlantis : The Lost Continent Finally Found” berani menyebut Atlantis yang hilang itu terletak di Indonesia. Belasan ribu pulau dari Sabang hingga Merauke, Miangas hingga Rote yang disekitarnya dikelilingi laut ini terbentuk akibat bencana akhir zaman yang terjadi 11.600 tahun yang lalu.  Jadi daratan dari pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan sebagainya ini adalah puncak dari daratan yang yang tersisa dari bencana tersebut. Proses alamiah yang dikemukakan profesor Santos ini merupakan teori baru, dengan melihat aspek geologi, linguistis, dan antropologi di Indonesia yang lebih bisa merefleksikan Atlantis. Terlepas dari benar atau tidaknya teori tersebut, kita harus bangga dan menjadikan ini sebagai modal semangat untuk maju.

Pulau Gelugur, salah satu pulau tidak berpenghuni di Kepulauan Anambas (Dokumen pribadi)

Tanah Indonesia, dikenal subur dan bisa menjadi peluang untuk menjadi negara maju dengan langkah awal memperkuat karakter sebagai negara agraris. Negara-negara di Timur Tengah mestinya iri dengan potensi yang dimiliki Indonesia, karena negara mereka gersang didominasi gurun pasir. Tidak berlebihan, Koes Plus dalam lagunya yang berjudul Tanah Kita Tanah Surga menyebut “tongkat kayu dan batu jadi tanaman, orang bilang tanah kita tanah surga”. Ini hal yang nyata, bahkan catatan sejarah menyebut Indonesia berhasil swasembada beras dengan angka produksi sebanyak 25,8 ton pada tahun 1984. Indonesia mendapatkan penghargaan dari Food and Agriculture Organization / FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia) pada 1985.

Beralih pada laut, melansir kompas.com, Indonesia memiliki potensi lestari sumber daya ikan laut diperkirakan sebesar 12,54 juta ton per tahun yang tersebar di perairan wilayah Indonesia dan perairan ZEE. Dengan luas terumbu karang milik Indonesia yang sudah terpetakan mencapai 25.000 kilometer persegi. Sementara sumber daya ikan di laut Indonesia meliputi 37 persen dari spesies ikan di dunia. Pada Maret 2021, Kementrian KKP menyebutkan potensi kekayaan laut Indonesia senilai 19.000 triliun rupiah.

Melihat kedua potensi dari tanah-air Indonesia, mestinya Indonesia akan menjadi negara besar bila mampu melakukan pembenahan yang tepat. Kita perlu untuk tidak sekedar merasa cukup dengan mampu mengolah pertanian saja. Kita perlu bangun dari tidur, membangkitkan kekuatan mayoritas kita sebagai negara maritim. Kita mestinya memakai semboyan  Korps Marinir sebagai karakter nasional, Jalesveva Jayamahe, Jaya di laut dan Jaya di darat.

Kesadaran akan kenyataan sebagai negara kepulauan mestinya menjadi pijakan utama dalam pembangunan. Maka sebetulnya, bila kita mau secara jujur menilai apakah aspek pembangunan kita sudah sesuai jalur yang tepat, bisa melihat contoh provinsi yang memiliki karakter kepulauan seperti kepulauan Riau dan Papua Barat (peringkat pertama dan kedua jumlah pulau di Indonesia).

Pasar pagi letung, menjual hasil ikan hasil tangkapan nelayan di perairan Anambas (Dokumen pribadi)

Kedua provinsi tersebut, tidak hanya memiliki gugusan pulau paling banyak. Lebih dari itu, keduanya juga sama-sama terletak di daerah terdepan Indonesia. Yang bisa menarasikan bagaimana wajah asli dari Indonesia, dan mestinya mendapatkan skala prioritas dibandingkan provinsi lain di Jawa misalnya.

Untuk di Provinsi Kepulauan Riau, Kabupaten Natuna, kabupaten Lingga, Kabupaten Kepulauan Anambas di bisa menjadi proyek pembangunan skala nasional baik infrastruktur maupun non infrastruktur. Ini penting, agar supaya kepulauan Riau yang dikenal tidak hanya Batam saja. Di Papua juga penting, bagaimana supaya yang dikenal tidak hanya Jayapura, Timika, atau Raja Ampat saja.

Baca Juga: Mengawali Perjalanan ke Kepulauan Anambas

Kebetulan, kami saat ini sedang berada di Kepulauan Anambas, yang memiliki total 255 Pulau.  Sebelumnya, kami masih sangat buta informasi mengenai kabupaten ini. Kami kaget, di Kabupaten Kepulauan Anambas terdapat 255 Pulau, artinya 1,4 % dari keseluruhan pulau di Indonesia.

Disebutkan dalam profil Kabupaten Kepulauan Anambas, luas wilayah kabupaten ini 46.664 km persegi, hanya 634,37 km persegi (1,3 %) merupakan daratan, selebihnya 46.056,43 km persegi  (98,7 %) merupakan lautan. Kabupaten Kepulauan Anambas bisa disebut sebagai prototipe dari Indonesia kecil yang berkarakter maritim.

Secara administrasi, Kabupaten Kepulauan Anambas terdiri dari 7 kecamatan yakni Jemaja, Jemaja Timur, Siantan Selatan, Siantan, Siantan Timur, Siantan Tengah, dan Palmatak. Dengan total jumlah penduduk tahun 2019 sebanyak 47.403 orang.

Jumlah penduduk sedikit yang tidak sampai 50 ribu, dengan hamparan laut yang luas, adalah modal penting dan peluang besar yang dimilki Kabupaten Kepulauan Anambas saat ini dan beberapa tahun ke depan.

Kami melihat beberapa pulau, laut, pantai di Kabupaten Kepulauan Anambas jauh lebih Indah dari obyek wisata di Pulau Bali. Kami membayangkan, bila di Kabupaten Kepulauan Anambas ini ada bandara besar, bisa jadi secara otomatis wisatawan akan beramai-ramai ke Kepulauan Anambas yang terkenal dengan wisata pulau tropis terbaik seasia pasifik ini.

Tampak terumbu karang di perairan laut Anambas, kita dapat dapat menikmati pemandangan ini tanpa harus menyelam (Dokumen pribadi)

Bila saya ingin berangkat ke Bali dari Bandara Juanda Surabaya, saya harus merogoh kocek untuk naik pesawat satu juta rupiah. Bila saya ingin ke Kepulauan Anambas, saya harus merogoh kocek lebih yakni sebesar dua juta rupiah (Sby-Batam, Batam-Letung). Secara, wisatawan akan lebih memilih ke Bali daripada ke Kepulauan Anambas. Atau dengan kata lain, yang mampu berwisata ke Kepulauan Anambas hanya wisatawan dengan kelas menengah ke atas.

Ada idiom yang berbahasa Inggris menyebutkan ‘There’s no free lunch’ atau ‘tidak ada makan siang yang gratis’. Dan, kami sebagai orang yang berasal dari tanah Jawa mengutip sebuah filosofi yang digemari guru kami Prof. dr. Dikman Angsar, SpOG (k) ‘Jer Basuki Mawa Beya’, untuk mencapai kemuliaan diperlukan pengorbanan.

Ya, untuk mencapai suatu kemajuan, kita memerlukan pengorbanan, kita memerlukan pemetaan anggaran untuk hal-hal vital termasuk salah satunya pembangunan infrastruktur bandara lebih besar dengan rute beberapa kota besar menuju langsung Kepulauan Anambas.

Karena, jalan satu-satunya agar semakin banyak wisatawan menuju Kepulauan Anambas yakni dengan mengurai geographic traps tersebut. Apakah bisa dan apakah boleh demikian?Bila melihat kondisi geografis dan potensi wisata alam di Provinsi Kepulauan Riau dan secara khusus di Kepulauan Anambas, kami rasa ini penting untuk direalisasikan.

Kapal Ferry Cepat Bahtera Anambas, transportasi laut menghubungkan pulau Jemaja – Pulau Siantan (Dokumen pribadi)

Sebagai narasi perbandingan, Tol Laut, yang merupakan gagasan dari Presiden Jokowi, telah nyata mampu mangatasi suplai kebutuhan barang pokok di Kepulauan Anambas dan wilayah lainnya. Tanpa adanya tol laut, harga barang di wilayah kepulauan akan meroket tinggi.

Inilah yang menjadi dasar alasan kuat untuk menuju ide tersebut. Bila transportasi udara yang menuju dan keluar dari kabupaten Kepulauan Anambas ini bisa ada setiap hari karena derasnya wisatawan, ini akan sangat membantu bidang lainnya seperti kesehatan. Transportasi udara, bisa menjadi sarana penting yang bisa membantu pasien yang memerlukan rujukan segera ke fasilitas kesehatan yang lebih besar di jantung provinsi.

Transportasi laut antar provinsi dengan tol laut yang kami sebutkan di atas sangat penting. Namun, konektivitas antar pulau yang merupakan ‘darah’ dari daerah kepulauan harus menjadi arus perhatian utama.

Investasi kapal untuk wisata, kapal untuk nelayan, kapal untuk pencarian ikan, kapal untuk sarana pendidikan, kapal untuk transportasi rujukan kesehatan menjadi sangat penting untuk daerah dengan geografis yang sulit seperti Kabupaten Kepulauan Anambas ini.

Terakhir, enviromental awareness and Cultural Invesment, kesadaran akan potensi alam yang kita miliki dibalut pewarnaan nilai budaya kearifan lokal perlu kita bangun seperti di pulau dewata. Sangat penting, menggugah kesadaran kita, bahwa Kabupaten kepulauan Anambas ini adalah Indonesia kecil yang harus dibangun dengan landasan pemikiran berbasis maritim. Inilah kunci untuk mampu laksana menuju Indonesia dan Kepulauan Anambas Jaya.

Oleh: dr. Sonny Fadli, M. Ked. Klin., Sp.OG dan dr. Zettira Maulida Prasha, M. Ked. Klin., SpOG (Dokter Spesialis Kandungan Kabupaten Kepulauan Anambas)

Spread the love