081-2173-3281 redaksi@haidiva.com

Lipstick Effect, Fenomena Beli Make Up saat Resesi Ekonomi

Lipstick Effect, Fenomena Beli Make Up saat Resesi Ekonomi

Haidiva.com– Saat resesi ekonomi, orang menjadi lebih berhemat saat membelanjakan uangnya. Namun terjadi anomali, penjualan lipstick dan produk kecantikan lainnya justru meningkat. Hal inilah yang disebut dengan lipstick effect.

Tulisan ini merupakan saduran dari Forbes. Di kalangan pemerhati kecantikan, lipstick effect juga disebut lipstick index lipstik yang menunjukan indikator ekonomi. Artinya saat terjadi resesi yang menekan ekonomi, perempuan menghilangkan perasaan tertekan dengan membeli lipstik atau produk kecantikan lainnya.

Fenomena ini memang tak terjadi di barang kebutuhan lain. Data baru dari firma pelacak pasar global NPD Group menemukan penjualan lipstik dan riasan bibir lainnya tumbuh 48% pada kuartal pertama dibandingkan tahun sebelumnya saat ini yang diduga menjelang resesi global.

Dan penjualan lipstik terus tumbuh dari minggu ke minggu. Ekonomi boleh suram tapi itu bearti saatnya perempuan memilih warna yang lebih cerah dan lebih dramatis tahun ini, daripada penampilan alami yang kalem.

Baca juga: Strategi keuangan saat menghadapi resesi ekonomi

“Lipstick mudah dan cepat penggunaanya, tidak seperti riasan mata yang membutuhkan waktu lama untuk diterapkan. Lipstik sangat kuat karena dapat langsung mengubah wajah Kamu berbeda dari biasanya. Sapuan sederhana di bibir membuat wajah terlihat menonjol,” kata Larissa Jensen, wakil presiden NPD dan penasihat industri kecantikan.

Asal mula lipstick effect

Efek lipstik dikemukakan pertama kali oleh Profesor ekonomi dan sosiologi Juliet Schor dalam bukunya tahun 1998 The Overspent American. Dia menemukan ketika uang menipis, perempuan akan berbelanja secara royal pada lipstik merek mewah yang digunakan di depan umum. Mereka menggunakannya di toilet semi publik atau memolesnya setelah makan malam di restoran.

“Mereka mencari kemewahan yang terjangkau, sensasi membeli di department store yang mahal, menikmati fantasi sebagai perempuan yang cantik dan seksi, mereka membeli “harapan dalam tabung lisptik’. Kosmetik adalah pelarian dari kehidupan sehari-hari yang menjemukan,” tulisnya.

Pada tahun 2001, Leonard Lauder, ketua Estee Lauder, memberikan bukti tentang efek lipstik. Dia melaporkan perusahaannya melihat lonjakan penjualan lipstik setelah serangan teroris 9/11. Dia melaporkan lagi fenomena peningkatan penjualan lipstik setelah resesi tahun 2008.

Baca juga: Beauty privilage, hak istimewa perempuan cantik

Efek psikologis saat menggunakan lipstick

Sebuah studi akademik yang dipimpin oleh profesor Universitas Kristen Texas Sarah Hill dan Christopher Rodenheffer memberikan kepercayaan lebih lanjut pada teori efek lipstik. Dalam studi berjudul “Meningkatkan kecantikan dalam penurunan ekonomi: perkawinan, pengeluaran, dan efek lipstik”, para peneliti mengadopsi definisi efek lipstik yang paling luas untuk memasukkan semua produk kecantikan, bukan berfokus secara eksklusif pada lipstik.

Produk kecantikan didefinisikan sebagai produk kosmetik yang mempercantik penampilan fisik perempuan, termasuk lipstik. Dan melalui serangkaian empat percobaan, temuannya konsisten.

“Isyarat resesi secara terus-menerus meningkatkan keinginan perempuan untuk membeli produk kecantikan,” tulis laporan tersebut. Mereka cenderung mengalihkan pengeluaran dari produk lain yang tidak memiliki kualitas penambah kecantikan, seperti furnitur, elektronik, dan produk rekreasi/hobi.

Para peneliti berteori bahwa perempuan membeli produk kecantikan bukan hanya untuk meningkatkan daya tarik mereka di hadapan laki-laki tetapi juga peluang ekonomi lain. Ketika merasa cantik, perempuan akan lebih percaya diri untuk meningkatkan penjualan, presentasi bisnis, dan lain sebagainya. Upaya ini untuk mempertahankan atau meningkatkan pendapatan selama resesi.

Baca juga: Rekomendasi lisptik merah dari jenama lokal

Lipstick effect kembali setelah pandemi

Data NPD menambahkan catatan menarik. Selama pandemi, ketika semua orang bersembunyi di balik masker wajah mereka, penjualan make up merosot tetapi wewangian mengalami pertumbuhan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Lipstik tidak bisa digunakan untuk meningkatkan percaya diri karena tak nampak saat menggunakan masker.

“Karena tidak bisa memakai lipstik, konsumen berbondong-bondong ke wewangian,” kata Jensen dari NPD. “Dan proporsi penjualan wewangian terbesar selama waktu itu terlihat pada merek mewah dan desainer yang lebih mahal.”

Tapi sekarang setelah pandemi berakhir, perempuan sekali lagi menikmati kekuatan lipstik. April Benson, seorang psikolog klinis di New York City, lipstik adalah produk kecantikan yang paling diandalkan memperbaiki penampilan perempuan.

Dan pengusaha kecantikan Poppy King, yang mempelajari lipstik seumur hidup dalam perannya sebagai Ratu Lipstik, berkata, “Beri seorang wanita lipstik yang tepat dan dia bisa menaklukkan dunia.”

Spread the love

One thought on “Lipstick Effect, Fenomena Beli Make Up saat Resesi Ekonomi

  1. Tren Makeup 2024: Dominasi Biru, Peach Fuzz, dan Doll Blush
    Maret 13, 2024 at 10:32 am

    […] baca juga: Lipstick effect, fenomena beli make up saat resesi ekonomi […]

Comments are closed.